Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia.
PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Pakuwon Jati menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp2,5 triliun pada 2017. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai proyek properti yang sudah ada, di antaranya proyek perkantoran Kota Kasablanka, Jakarta.
Di Kota Kasablanka, perseroan membangun perkantoran untuk dijual seluas 49.000 meter persegi, sedangkan area sewa mencapai 33.000 meter persegi.
PT Sentracentral Bajatama Tbk (BAJA)
Produsen produk turunan baja PT Sentracentral Bajatama Tbk melakukan restrukturisasi pinjaman senilai US$20,6 juta dengan memperpanjang tenor. Handaja Susanto, Direktur Utama BAJA mengatakan pinjaman yang direstrukturisasi berasal dari PT Sarana Steel, perusahaan yang terafiliasi dengan perseroan.
Dia menyebutkan jangka pinjaman dari Sarana Steel diperpanjang hingga lima tahun ke depan, dari sebelumnya 3 Oktober 2016 menjadi 3 Oktober 2021. BAJA mendapat pinjaman dari Sarana Steel pada 3 Oktober 2011, pinjaman tersebut digunakan untuk melunasi kredit ke Bank Credit Suisse dan Bank Sarasin-Rabo (Asia) Limited.
PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA)
Manajemen TPIA menyatakan pembangunan pabrik karet sintetis hasil kerja sama perseroan dengan perusahaan asal Perancis, Compagnie Financiere Michelin akan terealisasi 40 persen hingga akhir tahun ini. Adapun hingga September 2016, realisasi pembangunan pabrik yang akan beroperasi di bawah perusahaan patungan, PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI), sudah mencapai kisaran 34 persen.
Suryandi, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan, mengatakan pabrik ini akan memproduksi karet sintetis yang merupakan bahan dasar dari ban kendaraan bermotor. Kelak saat beroperasi, pabrik tersebut akan menyerap seluruh produk butadine yang diproduksi TPIA.
PT Daya Varia Laboratoria Tbk (DVLA)
Perusahaan farmasi PT Daya Varia Laboratoria Tbk menggelontorkan investasi lebih dari Rp298 miliar, dan diperkirakan masih akan bertambah hingga akhir 2016. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp148,3 miliar digunakan perseroan untuk membeli dua lantai bangunan gedung perkantoran di kawasan Jl. R.A. Kartini Jakarta.
Aset tersebut akan digunakan DVLA sebagai kantor operasional, yang sebelumnya dilakukan dengan menyewa. Adapun sebesar Rp150 miliar lebih digunakan perseroan untuk berinvestasi pada peralatan produksi baru, revitalisasi mesin, serta untuk mengganti suku cadang alat pembuatan obat yang sudah usang.
PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
Komite kreditur Trikomsel mengusulkan untuk mengonversi utang perseroan senilai SGD215 juta atau sekitar Rp2 triliun menjadi 25 persen saham (share swap). Usulan restrukturisasi tersebut ditawarkan setelah Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengakhiri perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Trikomsel.
Adapun per 30 Juni 2016, 44,88 persen saham Trikomsel dimiliki Polaris Ltd yang berbasis di Belgia. JP Morgan Bank Luxembourg SA RE di Belgia memiliki 25,71 persen saham dan UOB Kay Hian Pte Ltd di Singapura memiliki 25,3 persen.