Berita / / Artikel

WIKA Mulai Rebound, Tapi Asing Masih Net Sell Rp70 Miliar

• 16 Sep 2016

an image
Pengunjung mengamati maket konstruksi BUMN WIKA saat Indonesia Bussiness and Development Expo 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

asing paling banyak kelauar melalui Macquarie Capital (RX) sebanyak 402 ribu lot, senilai Rp109,5 miliar

Bareksa.com- Harga saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) kini telah mengalami rebound atau pembalikan arah setelah tertekan selama sepekan.

Pada penutupan perdagangan hari ini Kamis 15 September 2016, harga saham WIKA naik 1 persen menjadi Rp2.710 dari sebelumnya Rp2.690. Bahkan, pada pukul 09.40 WIB, harga saham WIKA sempat menyentuh level Rp2.790. Padahal, saham perusahaan konstruksi pelat merah ini telah anjlok sebesar 17,8 persen selama seminggu dari sebelumnya bertengger di level Rp3.270 pada penutupan 7 September 2016.

Meskipun mulai rebound, investor asing terpantau masih melakukan pelepasan saham (net sell) terhadap saham konstruksi ini. Nilai penjualan oleh investor asing mencapai Rp70 miliar.

Grafik: Pergerakan Harga Saham WIKA Secara Intraday

Sumber: Bareksa.com

Adapun broker yang menjadi penjual terbesar dari investor asing tersebut adalah Macquarie Capital (RX) sebanyak 402.000 lot saham, pada harga rata-rata Rp2.717 per saham, senilai Rp109,5 miliar. Nilai transaksi yang dilakukan oleh RX setara 55 persen jika dibandingkan seluruh transaksi yang dilakukan pada saham WIKA yang mencapai Rp198,2 miliar.

Bila dilihat dalam waktu lebih panjang, penurunan yang terjadi selama sepekan belakangan ini hampir menghapus keuntungan sejak awal tahun. Padahal, kinerja saham WIKA ini tergolong yang paling rendah di antara empat emiten konstruksi milik pemerintah lainnya.

Sebelum harga saham WIKA anjlok pada 7 September 2016, kenaikan harga saham WIKA merupakan yang paling kecil selama satu tahun terakhir yaitu hanya 22,24 persen. Sementara itu, perusahaan konstruksi lainnya PT Waskita Karya Tbk (WSKT) naik 58,88 persen, PT PP Tbk (PTPP) naik 34,01 persen dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) berhasil naik 30,58 persen.

Grafik: Perbandingan Harga Saham Konstruksi Selama 1 Tahun

Sumber: Bareksa.com

Anjloknya harga saham selama seminggu terakhir, membuat harga saham WIKA hingga 14 September hanya naik 0,56 persen sejak awal tahun. Penurunan harga saham WIKA juga seiring dengan aksi jual asing yang mencapai Rp133 miliar (Baca juga:Harga Saham WIKA Anjlok 6,6%, Nomura Indonesia Jual Rp109 Miliar)

Selain itu, turunnya harga saham  WIKA juga terdorong sentimen negatif akibat waktu konstruksi pembangunan projek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) meleset dari target, menyusul adanya beberapa kendala, seperti pembebasan lahan dan pencairan pinjaman.

Seperti yang kita ketahui, WIKA termasuk di konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menggarap proyek kereta cepat tersebut.

Direktur Utama PT KCIC Hanggoro Budi Wiryawan mengungkapkan kepada awak media, sebenarnya tenggat waktu dimulainya konstruksi fisik proyek senilai US$ 5,1 miliar itu sudah lewat dari yang ditetapkan sebelumnya. KCIC belum bisa memulai pengerjaan fisik itu meskipun izin pembangunan sudah diberikan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).

Adapun KCIC belum melaksanakan pengerjaan konstruksi fisik berat dengan alasan beberapa kendala, salah satunya adalah pengadaan lahan yang belum tuntas atau baru 60 persen dari total kebutuhan. Selain itu, secara paralel, perusahaan patungan Indonesia-Tiongkok ini tengah mengurus pencairan pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Lebih jauh, perseroan akan membuat rencana program yang lebih ketat guna mempercepat pembangunan kereta api senilai US$5,1 miliar tersebut. (hm)

Tags: