Peningkatan Modal Jumbo Rp13,9T Bentoel & Upaya Perbaikan Kinerja Keuangan

Bareksa • 03 Jun 2016

an image
Sejumlah buruh menyelesaikan proses pelintingan rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) di Kudus, Jateng, Selasa (15/7) - (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Bentoel mengalami modal negatif, didorong rugi yang diderita sejak 2012

Bareksa.com - Korporasi rokok besar kembali berencana mencari modal di bursa saham. Setelah sebelumnya PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) meraih dana Rp20,7 triliun dari aksi rights issue, kini giliran PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) membidik Rp13,99 triliun dari aksi serupa. Aksi penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) ini, diyakini akan lebih menyehatkan keuangan perusahaan sekaligus menambah likuiditas pasar sering banyaknya porsi saham yang beredar di masyarakat.  

Perseroan menawarkan 29,16 miliar lembar saham baru dengan nominal Rp50 per saham. Setiap pemegang 36 saham lama, memiliki hak 145 HMETD (rasio 1:4,028), dimana 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1 saham baru dengan harga pelaksanaan maksimum Rp480 per lembar. Target raihan dana rights issue RMBA senilai Rp13,99 triliun itu menjadi salah satu aksi pencarian modal terbesar melalui bursa di tahun ini.

Suntikan modal jumbo memang sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang kini mengalami defisiensi modal ini. Di kuartal I 2016, total utang yang ditanggung Bentoel Internasional mencapai Rp 15,17 triliun. Sementara ekuitas (modal sendiri) justru negatif Rp3,47 triliun yang disebabkan karena perusahaan menanggung rugi sejak tahun 2012.

Sebelumnya, berhembus kabar bahwa emiten berkode saham RMBA ini akan melepas status sebagai perusahaan publik (go private). Pasca bergabung (merger) dengan  PT BAT Indonesia Tbk (BATI) di 2010, kencang dikabarkan bahwa Bentoel akan melakukan aksi go private karena pemegang saham publik sangat minim yakni hanya 1 persen. Namun hingga saat ini, kabar tersebut tidak juga terealisasi.

Kinerja perseroan malah terus terpuruk setelah aksi merger tahun 2010. Walaupun pendapatan terus meningkat tiap tahunnya, perusahaan tidak bisa terlepas dari kerugian sejak tahun 2012. Kinerja terburuk dicatat pada tahun 2014 dimana total kerugian yang ditanggung Bentoel mencapai Rp2,5 triliun. Inilah yang mengakibatkan terjadinya ekuitas negatif sehingga perusahaan butuh suntikan modal segar untuk menyehatkan neraca keuangannya.

Grafik: Kinerja Keuangan RMBA 2009- Maret 2016


Sumber: RMBA, diolah Bareksa

Dengan suntikan modal tambahan Rp13,99 triliun dari rights issue, maka ekuitas Bentoel akan berbalik menjadi positif Rp10,5 triliun dari sebelumnya negatif Rp3,47 triliun. Sementara itu, utang akan berkurang drastis lantaran dana hasil rights issue rencananya akan digunakan untuk mengurangi utang perseroan kepada Rothmans Far East B.V. senilai Rp12 triliun.  

Jika diasumsikan seluruh utang tersebut dibayar, maka total utang Bentoel akan menyusut dari Rp15,17 triliun menjadi hanya Rp3,1 triliun. Sehingga, rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) akan menjadi lebih jauh sehat yakni di level 0,3 kali dari sebelumnya negatif 4,3 kali.

Grafik: Perubahan Neraca RMBA Setelah Rights Issue


Sumber: RMBA, diolah Bareksa