Manisnya Bisnis Pembangkit Listrik, Dalam 3 Bulan Jababeka Kantongi Rp369 Miliar

Bareksa • 19 May 2016

an image
Petugas memasang perangkat listrik baru di perumahan kawasan Kemang, Jakarta Selatan (ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna)

Besarnya pendapatan pembangkit listrik juga membuat Sritex berniat membangun pembangkit listrik pada semester II-2016

Bareksa.com- Perusahaan pembangkit listrik swasta PT Cikarang Listrindo Tbk menggelar masa penawaran awal 16 Mei sampai 26 Mei 2016 dalam rangkaian penawaran umum perdana saham (initial public offerings/IPO). Aksi korporasi tersebut menjadikan Cikarang Listrindo sebagai perusahaan pembangkit listrik pertama di Indonesia yang  akan melantai di Bursa Indonesia. (Baca juga: Cikarang Listrindo, IPO Pembangkit Listrik Pertama Berpotensi Raih Rp5 Triliun)

Meskipun demikian, sebenarnya bisnis pembangkit listrik ini telah digeluti juga oleh emiten properti PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA). Perusahaan properti ini membangun pembangkit listrik di Bekasi sejak 2009 dan mulai beroperasi awal 2012 melalui anak usahanya PT Bekasi Power.

Pendapatan dari bisnis pembangkit listrik memang cukup menjanjikan, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pendapatan  Jababeka. Hanya dalam waktu satu tahun setelah beroperasi, pendapatan dari pembangkit listrik milik Jababeka behasil melonjak tajam. Tercatat pada akhir  tahun 2013, Jababeka mengantongi Rp980 miliar, nilai ini naik hampir 16 kali lipat jika dibandingkan pendapatan tahun 2012 yang hanya Rp59 miliar.

Sementara pada kuartal pertama tahun ini, pendapatan dari pembangkit listrik sebesar Rp369 miliar tertinggi dari pendapatan segmen lainnya. Bahkan pendapatan KIJA dari menjual tanah hanya 10 persen dari penghasilan pembangkit listrik.

Grafik: Pendapatan Pembangkit Listrik dan Total Pendapatan KIJA 2012 - Kuartal I-2016

Sumber: Bareksa.com

Namun, walaupun menyumbang pendapatan besar, pembangkit listrik memiliki marjin keuntungan yang lebih kecil dibanding segmen bisnis KIJA lainnya. Beban pokok produksi listrik KIJA pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp313 miliar sehingga marjin keuntungan dari bisnis ini hanya 17,5 persen. Dengan marjin yang lebih tipis, bisnis pembangkit listrik tetap menguntungkan bagi KIJA karena memberi sumbangan laba kotor Rp55 miliar. Tertinggi kedua setelah penjualan real estate Rp61 miliar.  

Grafik: Kontribusi Pendapatan & Laba Kotor KIJA Kuartal I 2016 Berdasarkan Segmen Usaha

Sumber: Bareksa.com

Besarnya potensi pendapatan dari pembangkit listrik juga membuat PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) berniat membangun pembangkit listrik pada semester II- 2016. Hal ini sangat menarik karena perusahaan yang lebih dikenal dengan nama Sritex ini bergerak di bidang pertekstilan.

Belum lagi, dana investasi pembangunan proyek yang cukup besar, sampai US$100 juta atau setara Rp1,3 triliun. Sritex berencana membangun pembangkit listrik berkapasitas 60-70 megawatt di wilayah Sukoharjo, tepatnya di kawasan pabrik Sritex. Untuk mendanai proyek ini, perusahaan akan memanfaatkan sebagian dana dari emisi obligasi global sebesar US$420 juta. (Bava juga: SRIL Investasi Pembangkit Listrik, Apa Untungnya?)