Bareksa.com - Belakangan ini, media sosial dimeriahkan beredar luasnya foto plesiran sejumlah istri anggota Dewan yang terhormat ke Jepang. Di foto itu, dengan latar belakang bunga sakura yang sedang bermekaran, mereka berfoto sembari menenteng spanduk bertuliskan “Persaudaraan Istri-istri Anggota DPR RI Periode 2014-19 ke Osaka-Kyoto-Tokyo, Jepang, pada 30 Maret - 7 April 2016”.
Mengenai plesiran ini, Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Gerindra, Fadli Zon, menjelaskan kegiatan ini dikoordinir isteri Ketua Fraksi Golkar Setya Novanto. Istri Fadli pun turut serta. “Isteri anggota dari semua partai ada di situ, kalau nggak salah. Mereka hanya mau mengakrabkan diri," kata Fadli sebagaimana dikutip Tribunnews.com, 4 April. "Biaya sendiri. Tidak ada sepeser pun uang negara.”
Di foto plesiran itu, para nyonya politisi tampil penuh gaya, mengenakan pakaian bermerek, sepatu boot tinggi, dan menenteng tas yang niscaya membuat darah banyak perempuan terkesiap.
Kepada Bareksa, seorang ahli high-end fashion yang sedang menetap di Amerika Serikat, mengidentifikasi bahwa dua di antara ibu-ibu itu menenteng tas bermerek Hermes seri Lindy.
Namun, narasumber lain, seorang reseller tas supermewah di Indonesia, cuma dapat meyakini satu Hermes. “Iya betul, itu seri Lindy.” Yang satunya lagi dia tidak yakin, karena fotonya tidak terlalu jelas.
Lantas, berapakah harganya?
“Di kisaran Rp90-110 juta, tergantung warna buckle dan ukurannya,” kata narasumber ahli itu.
Di Ebay Amerika, tas ini dijajakan seharga US$8.500 atau sekitar Rp113 juta.
Bagaimana dengan tas yang lain?
“Tergolong biasa,” katanya.
Berapa harga tas berkategori 'biasa' itu? “Salah satu kelihatannya Prada, sekitar Rp30 jutaan.”
Sementara sang reseller menduga ada juga yang bermerek Louis Vuitton. “Kelihatannya LV, harganya puluhan juta rupiah.”
Bisa untuk investasi
Tas mewah seperti Hermes, Birkin, Louis Vuitton, dan lainnya bisa diperjualbelikan, termasuk yang bekas pakai, di pasar sekunder. “Bisa dicari di Ebay. Reseller pribadi juga banyak,” sumber itu menambahkan.
Meskipun bekas, tas mewah yang merupakan limited edition, tergolong langka dan vintage; harganya malah bisa naik. Ini karena sudah tidak lagi tersedia di butik dan jadi buruan nyonya-nyonya kaya yang gemar mengoleksi tas mahal. Rata-rata kenaikan harga cukup menggiurkan, bisa mencapai 10 persen per tahun. “Nggak peduli kondisi ekonomi lagi resesi, sepanjang sejarah harga tas-tas high-brand nggak pernah turun,” kata si narasumber ahli.
Hal itu diamini sang reseller. Dia menuturkan pengalamannya. Suatu waktu dia mendapat pesanan khusus dari seorang puteri pejabat tinggi negara yang ingin membeli Hermes klasik. Setelah berburu sekian lama ke mana-mana, dia akhirnya menemukan sebuah tas Hermes seri Himalayan (ini seri paling tinggi levelnya) edisi tahun 1991 di Jepang. Kulitnya spesial, dari kulit perut buaya. “Langka banget,” katanya.
Dia beli tas itu sekitar Rp100 jutaan, dan laku dia jual ke sang puteri pejabat seharga Rp200 juta lebih.
Di Indonesia, harga tas bermerek mentereng, kata si reseller "sudah gila-gilaan”. Dia mencontohkan, edisi baru tas Birkin yang terbuat dari kulit burung unta, harga aslinya Rp80 jutaan tapi bisa laku Rp200 juta lebih. "Variabel yang menentukan harga lebar sekali, mulai dari kelangkaan, ukuran, sampai jenis kulit.” (kd)