Bareksa.com - BUMN China di bidang pengembangan kawasan industri saat ini sedang mencari lokasi untuk pembangunan kawasan industri di Indonesia. Pengembang dari Tiongkok ini telah menyiapkan modal sebesar US$1,5 miliar atau Rp19,7 triliun.
Dana investasi ini akan digelontorkan dalam waktu lima tahun ke depan. Kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan BKPM akan mengarahkan investasi tersebut ke luar pulau Jawa.
“Wakil Presiden Jusuf Kalla berpesan agar tidak hanya fokus di Jawa, tapi juga ke luar Pulau Jawa yang saat ini sedang dikembangkan secara serius oleh pemerintah Indonesia,” ujarnya di Jakarta Kamis, 24 Maret 2016.
Franky menambahkan bahwa saat ini pemerintah terus membangun proyek-proyek infrastruktur seperti jalan tol dan rel kereta api di Sulawesi dan Kalimantan. Selain itu investor juga dapat membangun kawasan industri maupun kota-kota baru di pulau-pulau tersebut.
"Di Sulawesi ada Bantaeng yang cukup kondusif sebagai pilihan, demikian juga kota-kota lainnya,” katanya.
Franky mengatakan saat ini investor China tersebut telah memiliki kantor perwakilan di Jakarta dan telah menandatangani nota kesepahaman dengan salah satu pengembang properti di kawasan Jakarta. Perusahaan juga telah mengunjungi Semarang pada 17-18 Maret 2016 dan bertemu dengan Walikota Semarang, kemudian mengunjungi Kabupaten Bintan pada 19-20 Maret 2016 untuk melihat KPBPB Bintan.
Pada tahap awal, investor China ini menyiapkan modal sebesar US$ 500 juta. Secara keseluruhan akan ada tiga kawasan industri yang dibangun. Investor China ini sudah berpengalaman dalam membangun kota baru, misalnya di Gu’an, China.
BUMN China ini, menurut dia, sudah memiliki kawasan industri yang luasnya mencapai empat kali luas negara Singapura. Mereka memiliki lebih dari 4.000 karyawan dan telah membuka lapangan kerja lebih dari 30.000 orang.
Franky menyampaikan bahwa luasan lahan kawasan industri di Indonesia diperkirakan akan mencapai 2.000 hektare dengan konsep kawasan industri terintegrasi dengan perumahannya. Rencananya perusahaan tersebut akan segera mengajukan izin prinsip melalui layanan izin investasi tiga jam.
Investasi dari negeri Tirai Bambu sepanjang 2015 (tidak termasuk sektor hulu migas dan keuangan) mencapai US$ 628,3 juta. Besaran investasi ini menempatkan Tiongkok sebagai investor terbesar ke-9 di Indonesia.
Nilai tersebut di luar angka investasi China ke Indonesia yang juga tercatat melalui negara-negara lainnya sebesar US$ 1,53 miliar, sehingga total investasi China pada 2015 sebesar US$ 2,16 miliar atau meningkat sebesar 47 persen dibanding tahun sebelumnya.