Bareksa.com - Harga saham PT Indika Energy Tbk (INDY) naik signifikan sebesar 21,6 persen menjadi Rp332 dari sebelumnya Rp273.
Kenaikan harga saham distributor batu bara ini seiring dengan Harga Batu bara Acuan (HBA) yang ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Harga Batubara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku 1 Maret - 31 Maret 2016 naik sebesar US$ 0,7 atau 1,37 persen menjadi US$51,62 per ton dibandingkan dengan HBA Februari 2016 sebesar US$ 50,92 per ton. Kenaikan HBA periode Maret 2016 ini mengakhiri tren penurunan HBA selama 11 bulan terakhir mulai dari April 2015 hingga Februari 2016.
Grafik: Pergerakan Harga Saham INDY Secara Intraday
Sumber: Bareksa.com
Jika diakumulasi selama satu bulan terakhir sampai penutupan akhir pekan lalu (18 Maret 2016), harga saham INDY telah melonjak 152 persen. Hal tersebut bersamaan dengan kenaikan harga minyak dunia WTI yang juga telah menguat hampir 50 persen menjadi US$39,44 per barel.
Grafik: Pergerakan Harga Saham INDY dan Minyak WTI Selama 1 Bulan
Sumber: Bareksa.com dan Bloomberg.com (data diolah)
Namun, kenaikan harga saham INDY tidak seiring dengan kinerja perusahaan yang masih membukukan kerugian. Pada laporan keuangan kuartal III-2015, INDY membukukan rugi tahun berjalan sebesar US$35 juta atau naik 2,5 kali lipat dari rugi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$9,7 juta.
Pendapatan perusahaan naik tipis 7 persen menjadi US$845 juta dari sebelumnya US$785 juta dan tidak dapat menutupi kerugian perusahaan. Kerugian INDY terdorong oleh naiknya beban operasional perusahaan sebesar 16,7 persen menjadi US$766 juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya US$659 juta.
Rugi selisih kurs pada kuartal III-2015 membengkak hampir tiga kali lipat menjadi US$217 ribu dari periode yang sama 2014 sebesar US$ 75 ribu.
Sebenarnya INDY telah membukukan kerugian sejak 2013, tertekan rugi kurs hingga US$600 ribu dan melonjaknya beban keuangan sekitar 50 persen menjadi US$113 juta dari sebelumnya US$75 juta.
Bunga atas utang obligasi pada 2013 juga melonjak 25 persen menjadi US$70 juta dari sebelumnya US$56 juta. Amortisasi biaya emisi juga naik dua kali lipat menjadi US$13,6 juta dari sebelumnya US$6,7 juta.
Grafik: Pergerkan Laba/Rugi Perusahaan dan Selisih Kurs INDY 2011- Kuartal III 2015
Sumber: Bareksa.com
Perusahaan juga pada tahun tersebut harus menanggung premi penukaran awal obligasi II sebesar US$11,2 juta dari sebelumnya tidak ada.