Harga Minyak Turun, Arab Saudi Potong Belanja Negara

Bareksa • 15 Mar 2016

an image
Presiden Joko Widodo (kiri) menerima Menlu Kerajaan Arab Saudi Adel bin Ahmed Al Jubeir (kedua kiri) beserta delegasi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (20/10). Pada pertemuan tersebut dibahas kerjasama kedua negara dalam bidang ekonomi khususnya perminyakan. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/ama/15

Arab Saudi juga sedang mencari pinjaman luar negeri untuk membiayai pembangunannya.

Bareksa.com - Turunnya harga minyak dunia membuat Arab Saudi ketar-ketir. Turunnya harga emas hitam itu membuat negara kerajaan di Timur Tengah ini memotong bujet belanja pemerintah paling tidak sebesar lima persen.

Pemotongan belanja negara ini dilakukan karena perekonomian salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia ini melambat. Selain itu perusahaan-perusahaan minyak di Arab Saudi sedang bermasalah dengan naiknya ongkos pekerja dan memburuknya arus kas.

Dilansir Reuters, Selasa 15 Maret 2016, dokumen permintaaan pemotongan anggaran tersebut dikirimkan ke seluruh kementerian dan juga badan negara. Kementerian diminta mengurangi nilai kontrak yang tertera dalam anggaran belanja negara 2016. Pemangkasannya diminta tidak kurang dari lima persen dari kewajiban yang tersisa.

Permintaan pemotongan anggaran ini datang dari Kementerian Perekonomian dan Perencanaan Arab Saudi untuk merasionalisasi pengeluaran dan meningkatkan efisiensi. Pemotongan anggaran ini juga sudah disetujui oleh Raja Arab Saudi.

Dalam dokumen tersebut kementerian dibebaskan untuk memutuskan mengenai tata cara revisi anggaran. Dokumen tersebut juga tidak menyebutkan cara kementerian melakukan renegosiasi kontrak dengan para kontraktor.

Sebelumnya Arab Saudi juga diberitakan sedang mencari pinjaman perbankan untuk membiayai pembangunannya.

Dilansir Reuters, Kamis 10 Maret 2016, nilai pinjaman yang dicari mencapai US$ 6 - 8 miliar atau setara dengan Rp79 -103 triliun. Itu merupakan pinjaman internasional pertama Arab Saudi dalam satu dekade terakhir.

Sumber Reuters menyebutkan hal ini belum diketahui oleh publik. Namun, pinjaman ini dilakukan Arab Saudi karena menurunnya harga minyak dunia yang mengakibatkan defisit anggaran negara semakin besar.

Defisit keuangan kerajaan Arab pada tahun lalu mencapai US$100 miliar. Pemerintah saat ini menambal defisit tersebut dengan menerbitkan bond domestik dan juga memaksimalkan aset asing.

Pada pertengahan Februari lalu, Stadard & Poor's menurunkan rating kredit Arab Saudi menjadi A minus. Harga minyak  memang sudah menurun sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Harga minyak bahkan sempat menyentuh level US$20-an per barelnya. Namun saat ini harganya masih bergerak stabil di angka US$40 per barelnya.

Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah para negara yang tergabung dalam OPEC sepakat membatasi produksi.