Bareksa.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki sejumlah perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan-perusahaan itu antara lain PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON), PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), dan PT Delta Djakarta Tbk (DLTA). Ketiga emiten tersebut ternyata memiliki kinerja yang cukup mengkilau di masa kepemimimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Perusahaan-perusahaan ini konsisten membukukan kenaikan pendapatan sejak 2012. Kenaikan dimulai saat Jokowi dan Ahok menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta pada pertengahan 2012 dan berlanjut di masa Ahok menduduki kursi gubernur sejak 2014 lalu (lihat grafik).
Grafik: Pendapatan JKON, PJAA dan DLTA 2011-Kuartal III-2015
Sumber: Bareksa.com
Saham JKON, misalnya, setiap tahunnya mencatatkan kenaikan pendapatan. Pada akhir 2014, perusahaan konstruksi ini berhasil mengantongi pendapatan sebesar Rp4,7 triliun, naik 47 persen dibandingkan 2011.
Naiknya pendapatan JKON, salah satunya didorong oleh meningkatnya jumlah proyek yang diperoleh dari Pemprov DKI. Sejak 2013 hingga kuartal III 2015, Jaya Konstruksi telah menerima pembayaran uang muka dari Pemda sebesar Rp63,5 miliar. Hal tersebut mendorong laba JKON melesat 61 persen dalam waktu tiga tahun (2011-2014).
Grafik: Pendapatan Diterima di Muka JKON 2013 Hingga Kuartal III 2015
Sumber: Bareksa.com
Pada kuartal III 2015, pendapatan JKON sempat turun tipis 3,5 persen menjadi Rp2,6 triliun dari sebelumnya Rp2,7 triliun. Penurunan ini mengakibatkan laba perusahaan juga merosot tipis 1,5 persen menjadi Rp70 miliar dari sebelumnya Rp71 miliar.
Grafik: Laba JKON, PJAA dan DLTA 2011 - Kuartal III 2015
Sumber: Bareksa.com
PJAA juga memiliki kinerja yang cukup mengagumkan. Hingga kuartal III 2105, perusahaan properti ini berhasil membukukan kenaikan laba sebesar 60 persen menjadi Rp148 miliar dari sebelumnya Rp92,6 miliar. Padahal pendapatan perusahaan hanya naik 3 persen menjadi Rp751 miliar dari sebelumnya Rp731 miliar.
Sementara DLTA, emiten produsen bir yang sempat menjadi kontroversi, pendapatannya turun tipis akibat larangan penjualan minuman beralkohol di mini market sejak 28 Januari 2015. Padahal, sebelumnya perusahaan ini memiliki kinerja cukup baik. Per akhir 2014, Delta masih mencatat laba Rp282,17 miliar atau naik 6,5 persen dibanding tahun sebelumnya, meskipun penjualannya hanya bertumbuh 1,4 persen menjadi Rp879,3 miliar.
Total dividen yang dibagikan DLTA sebesar Rp96,79 miliar. Dengan kata lain, dividen pay out ratio-nya sekitar 34 persen dari laba bersih tahun lalu yang Rp 282,17 miliar. (kd)