Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON)
WTON siap melepas saham dalam portepel (treasury stock) pada tahun ini. Perseroan membidik perolehan dana sekitar Rp450 - 500 miliar. WTON saat ini memiliki 337,15 juta (4,3 persen) saham dalam portepel itu. Dana penjualan akan digunakan untuk ekspansi.
Direktur Keuangan WTON Entus Asnawi Mukhson mengatakan jika kondisi pasar bagus, treasury stock bisa dilepas pada kisaran harga Rp1.200 - 1.250 per saham. Batas waktu pelepasan treasury stock hingga November 2016. Treasury stock ini diperoleh pada 2013 sebelum perseroan melakukan penawaran saham perdana (IPO).
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
WIKA memperoleh kontrak baru sejak awal tahun hingga pekan kedua Maret sebesar Rp1,33 triliun atau 2,5 persen dari target tahun ini Rp52,26 triliun. Awal Maret ini, perseroan menjadi penawar terendah dalam proyek perumahan, jalan layang dan jalan nasional senilai Rp1,33 triliun.
Beberapa proyek yang telah diperoleh hingga pekan kedua Maret antara lain jaringan gas Prabumulih senilai Rp296 miliar dan proyek strategis Kementerian ESDM senilai Rp207,33 miliar. Proyek strategis itu terdiri atas SPBG Bekasi, fasilitas penerangan jalan umum, tanki bahan bakar nabati dan pembangunan pembangkit listrik minihidro di Papua.
PT PP Properti Tbk (PPRO)
PPRO berencana menggarap megaproyek senilai Rp15 triliun di Bekasi, Jawa Barat, melalui kerja sama dengan grup properti asal Australia. Perseroan sudah menjajaki kerja sama pembentukan perusahaan patungan sejak tahun lalu dan sekarang sedang dalam tahap finalisasi. Diperkirakan pertengahan 2016 bisa meneken nota kesepahaman.
Perusahaan patungan (joint venture) ini akan menggarap lahan seluas 8,4 hektare di Grand Kamala Lagoon (GKL) Bekasi dengan nilai investasi Rp15 triliun. Adapun total lahan di GKL mencapai 28 ha dengan tujuh zona.
PT Timah Tbk (TINS)
Berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan Senin (7/3), laba TINS menurun 84,9 persen menjadi Rp 101,56 miliar sepanjang tahun lalu dibandingkan dengan laba 2014 yang mencapai Rp 672,99 miliar. Laba ini turun tajam, meski pendapatan produsen timah pelat merah ini hanya turun 8,52 persen menjadi Rp 6,87 triliun ketimbang Rp 7,51 triliun.
TINS melalui anak usaha PT Timah Adhi Wijaya akan membangun hotel dan kawasan industri di Bangka Belitung. Anak usaha yang sahamnya juga dimiliki bersama PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) masing-masing 24,5 persen ini akan mengembangkan lahan seluas 70 hektare untuk hotel serta kawasan industri seluas 100 hektare di Bangka Belitung.
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
AMRT berencana menambah gerai Alfamart baru sebanyak 1.000 unit pada tahun ini. Target tersebut seiring optimisme perekonomian tahun ini akan membaik.
Pembukaan gerai akan dilakukan di sejumlah lokasi potensi termasuk di luar Pulau Jawa, selain di kawasan Jakarta. Saat ini perseroan memiliki 11.300 gerai Alfamart. Selain di Indonesia, Alfamart juga telah membuka gerai di Filipina.
PT XL Axiata Tbk (EXCL)
EXCL menargetkan penjualan 2.500 menara bisa rampung pada April 2016 dan membidik dana segar sekitar Rp 4 triliun. Beberapa emiten menara mengajukan penawaran ke EXCL di antaranya, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), dan PT Sarana Menara Nusantara (TOWR).
EXCL berniat menggunakan dana hasil penjualan menara untuk membayar utang perbankan. Perseroan berniat melunasi utang Rp 11 triliun pada tahun ini. Selain melego menara, EXCL tengah memproses penjualan saham baru alias rights issue untuk membayar utang ke induk usaha, Axiata Investment Bhd Ltd.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN)
BTPN mencatatkan perolehan laba bersih Rp1,7 triliun sepanjang 2015, turun 9 persen dari Rp1,87 triliun pada tahun sebelumnya. Penurunan laba karena perseroan melakukan investasi baru Rp380 miliar meski jumlah penyaluran kredit naik
Kredit BTPN mencapai Rp58,6 triliun per Desember 2015, tumbuh 13 persen dari setahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit dimotori oleh penyaluran dana ke segmen masyarakat prasejahtera produktif dan pelaku UMKM yang nilainya masing masing naik 47 persen dan 23 persen.