Bareksa.com- Setelah menciut 46 persen dalam setahun terakhir, tiba-tiba saham PT Erajaya Swasembada Tbk kemarin melonjak hingga 25 persen. Murahnya valuasi saham ditengah sentimen positif akan perkembangan e-commerce diproyeksi menjadi dalang kenaikan harga saham ERAA.
Jatuhnya harga saham ERAA dalam satu tahun terakhir membuat nilai pasarnya (market value) hampir setengah dari nilai buku saham (equity value). Dalam rilis laporan keuangan terakhir per kuartal III-2015, nilai ekuitas ERAA masih tercatat Rp3,06 triliun, tetapi kemarin nilai pasarnya hanya Rp1,88 triliun atau 61 persen dari nilai buku.
Grafik: Pergerakan Harga Saham ERAA
Sumber: Bareksa.com
Melemahnya nilai tukar menjadi faktor utama pendorong ambrolnya harga saham ERAA tahun lalu. Pasalnya produk ponsel yang dijual ERAA merupakan barang impor yang tentunya menjadi mahal ketika rupiah tertekan.
Dengan pergerakan rupiah yang mulai stabil, sentimen negatif yang berasal dari fluktuasi nilai tukar mereda.
Tetapi analis Bareksa melihat ada lagi satu faktor utama yang menjadi katalis positif pergerakan saham ERAA, yakni pertumbuhan penjualan ritel online (e-commerce).
Riset Macquarie yang telah disampaikan kepada nasabah memperlihatkan potensi penjualan ritel online akan terus tumbuh dan menembus angka transaksi hingga US$12 miliar per tahun di tahun 2008.
"Diperkirakan bahwa ritel online di Indonesia dapat tumbuh 60-70 persen per tahun pada periode 2015-2018. Dengan estimasi kenaikan tersebut, maka pada tahun 2018, ditargetkan penjualan ritel online mencapai US$12 miliar,” tertulis dalam riset tersebut.
Grafik: Potensi Pertumbuhan Penjualan Ritel Online
Sumber: Riset Macquarie
Sementara itu penjualan ritel online mayoritas datang dari smartphone bukan dari penggunaan dekstop. Tentunya hal ini berpotensi menguntungkan ERAA yang bergelut di bisnis ritel smartphone. Pada kuartal I -2015, ERAA telah menjadi distributor smartphone merek lenovo, menambah portofolio merek smartphone yang dijual melalui ERAA. Dalam periode itu ERAA telah memiliki 79 titik distribusi dan 509 outlet Erafone, iBox dan Switch, serta berkerjasama dengan 21.000 toko ritel pihak ketiga.
***
Ambrolnya harga saham membuat valuasi ERAA berdasarkan PER (Price Earning Ratio) saat ini hanya tersisa 7,13 kali, nilai ini jauh di bawah PER di awal tahun 2014 yang mencapai 27.69 kali
Apakah harga tersebut telah cukup murah? Bareksa mencoba menganalisa valuasinya menggunakan metode PE Band. Dalam grafik PE Band, garis hijau merupakan rata-rata rasio price to earning (PER), sementara garis kuning menunjukan standar deviasi pertama dari rata-rata PE Band dan garis merah merupakan standar deviasi kedua.
Jika PER menyentuh garis kuning atas (upper band) menunjukan harga saham relatif mahal, apalagi jika menyentuh garis merah (upper band 2). Begitu pun sebaliknya.
Pada grafik, saat ini pergerakan PER ERAA pada penutupan perdagangan 2 Maret 2015 mencapai 8,91 kali lebih rendah dari garis hijau bawah 11,14 kali. Hal ini menunjukan bahwa harga saham ERAA relatif murah. (np)
Grafik: PE Band ERAA Sejak Awal Tahun 2014- 2 Maret 2016
Sumber: Bareksa.com