Berita / / Artikel

Meskipun Larangan Ekspor Direvisi, Harga Bahan Tambang Tahun Ini Belum Pulih

• 27 Feb 2016

an image
Ilustrasi pertambangan batu bara. (Peabody Energy, Inc/Wikimedia Commons)

Macquarie memperkirakan harga batu bara dan nikel dunia masih akan turun di atas 15 persen tahun ini

Bareksa.com – Pada perdagangan saham hari ini i (Jumat, 26 Februari 2016) indeks sektor pertambangan melonjak 3 persen. Ada lima saham pertambangan dengan kenaikan tertinggi, yaitu PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) sebesar 20 persen, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) 15,85 persen, PT Harum Energy Tbk (HRUM)8,4 persen, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 7 persen dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) 5,4 persen.

Grafik: Pergerakan Indeks Pertambangan Secara Intraday

Sumber: Bareksa.com

Berita yang beredar menyebutkan kenaikan harga saham sektor tambang dipicu oleh rencana revisi larangan ekspor mineral. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dikabarkan berencana merevisi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 yang berisi pelarangan ekspor bahan mineral mentah. Ada 14 jenis bahan tambang yang dilarang diekspor semenjak Januari 2014 termasuk diantaranya tembaga, timah, bauksit, bijih besi dan nikel.

Namun demikian, ITMG yang mengalami kenaikan tertinggi di sektor tambang merupakan produsen batu bara di mana tidak termasuk komoditas yang dilarang. Dua saham dari sektor tambang dengan kenaikan tertinggi, yaitu ITMG dan MEDC beberapa waktu lalu mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) sehingga mengerek harga sahamnya. (Baca juga: Rencana Buyback Jauh Di Atas Harga Pasar, Saham ITMG Terbang 20%)

Tabel: Rencana Buyback Saham

*perpanjangan periode buyback

Sumber: IDX, Bareksa.com

Terlepas rencana revisi larangan tambang tersebut, harga komoditas pertambangan tahun ini diperkirakan masih tertekan. Macquarie Securities dalam laporan risetnya pada Desember 2015 lalu memproyeksikan harga batu bara tahun ini akan turun 17 persen menjadi US$49 per ton.

Sementara itu bahan tambang jenis nikel -- diproduksi oleh INCO -- yang masuk dalam rencana revisi Kementerian ESDM tahun ini juga diperkirakan mengalami penurunan harga. Harga nikel dunia diproyeksikan turun 15,4 persen menjadi US$10.000 per ton dari US$11.827 per ton, tapi dalam jangka menengah, terdapat potensi pemulihan harga nikel.  

Grafik: Permintaan dan Harga Batu bara

Sumber: Macquarie Research, Bareksa.com

Grafik: Permintaan dan Harga Nikel

Sumber: Macquarie Research, Bareksa.com

 

 

 

Tags: