MARKET FLASH: Garuda Dapat Kredit Rp4,7T; KIJA Bangun Kota Fesyen Rp20 T

Bareksa • 25 Feb 2016

an image
Petugas berjaga di samping Pesawat Boeing 777-300ER Garuda Indonesia yang baru tiba di Hanggar 3 Garuda Maintenance Facitilities (GMF), Tangerang, Banten, Jumat (19/6). ANTARA FOTO/Lucky R

Laba AALI turun 75%; PPRO teken bridging loan Rp400 miliar

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

Paket Kebijakan Ekonomi XI

Pemerintah akan meluncurkan paket kebijakan ekonomi XI pekan depan sebagai bagian dari upaya meraih target peringkat ke-40 kemudahan berbisnis (ease of doing business) versi Bank Dunia. Beberapa aspek pembenahan yang dicakup dalam paket kebijakan XI adalah kemudahan perizinan di sejumlah kota besar, perizinan pertanahan, pembenahan sistem logistik, pemangkasan rantai birokrasi, dan kemudahan usaha UKM termasuk e-commerce.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution mengatakan paket kebijakan itu akan berfokus pada upaya menghapus aturan penghambat kelancaran lalu lintas logistik di Tanah air. Hal itu termasuk penurunan biaya logistik, pengurangan waktu inap (dwelling time) barang di pelabuhan, serta iklim investasi di sektor tersebut.

PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)

KIJA akan membangun proyek kota fesyen pertama di Indonesia dengan investasi Rp20 triliun. Megaproyek itu akan dikembangkan di Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah yang akan dikelola khusus untuk industri tekstil terintegrasi dari hulu ke hilir. Perseroan berharap pembangunan dimulai tahun ini.

KIJA masih berunding dengan mitra patungan usaha (joint venture) di proyek itu, yaitu Sembawang Corporation Development Ltd. Kota fesyen itu akan dibangun di pusat desain dan teknologi tekstil, dengan penyediaan bahan baku murah dan pusat logistik berikat di dalamnya. Tahap pertama proyek ini memanfaatkan lahan seluas 100 hektare atau 3,7 persen total luas lahan KIK.

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA)

GIAA mengantongi pinjaman dari tiga bank pelat merah senilai total Rp4,74 triliun untuk modal kerja. Tiga kreditor itu adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menyediakan Rp2 triliun dan US$30 juta, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp1 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) senilai US$100 juta.

Sepanjang tahun ini, maskapai penerbangan itu menyiapkan rancangan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$160 juta, setara dengan Rp2,22 triliun. Manajemen juga membidik pertumbuhan pendapatan 24 persen menjadi US$4,72 miliar tahun ini dibanding tahun lalu US$2,84 miliar.

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)

AALI mencatatkan penurunan laba bersih 75,27 persen menjadi Rp619,1 miliar pada tahun lalu, dibanding Rp2,5 triliun pada 2014. Berdasarkan laporan keuangan 2015, pendapatan bersih AALI turun 17,18 persen menjadi Rp13,05 triliun dibanding sebelumnya Rp16,3 triliun. Perseroan mencatat rugi selisih kurs sebesar Rp580,36 miliar dibanding sebelumnya Rp126,68 miliar seiring dengan depresiasi nilai rupiah terhadap dolar AS.

Anak usaha Grup Astra ini mencatatkan produksi tandan buah segar sebanyak 5,6 juta ton atau naik 0,7 persen. Sementara produksi CPO perusahaan pada 2015 sebesar 1,74 juta ton, sedikit turun dibanding kinerja pada tahun sebelumnya.

PT PP Properti Tbk (PPRO)

PPRO memperoleh pinjaman talangan (bridging loan) Rp400 miliar dari Bank ICBC. Dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan proyek Grand Kamala Lagoon (GKL) di Bekasi, khususnya untuk Barclay Tower. Untuk membangun menara kedua di proyek itu, perseroan akan mengeluarkan dana Rp250 - 340 miliar dan sisanya untuk kebutuhan proyek lain.

Sementara itu, PPRO juga dalam tahap pembahasan akhir dengan kelompok bisnis properti asal Australia untuk menggarap proyek GKL itu. Nota kesepahaman pembentukan perusahaan patungan (joint venture) akan ditandatangani pada pertengahan tahun ini. Porsi saham PPRO mencapai 51 persen. Perusahaan patungan itu akan menggarap lahan seluas 8,4 hektare dengan nilai investasi Rp14 - 15 triliun.

PT Hero Supermarket Tbk (HERO)

HERO akan menghentikan atau menutup bisnis di gerai convenience store Starmart karena kinerja yang kurang baik. Tahun lalu perseroan sudah menutup 50 starmart yang kinerjanya kurang baik. Saat ini, peritel itu masih memiliki sekitar 84 gerai Starmart di berbagai kota di Pulau Jawa.

Perseroan telah meneken perjanjian penjualan dengan PT Fajar Mitra Indah, pihak yang tidak terafiliasi. Sementara itu, gerai Starmart tersisa yang tidak dijual kepada Fajar Mitra akan ditutup. Penutupan ini melupakan lanjutan dari penutupan 74 gerai supermarket dan hipermarket milik HERO tahun lalu, terdiri atas 39 gerai Starmart, 22 toko Guardian, 10 Hero dan 3 toko Giant.