Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
ISAT dan TLKM berencana menerbitkan obligasi pada 2016. Keduanya berpotensi menerbitkan surat utang senilai total Rp8,5 triliun. Kondisi makro ekonomi dan BI Rate dinilai mendukung korporasi untuk menerbitkan utang.
ISAT akan menerbitkan obligasi sebesar Rp3,5 triliun tahun ini, yang merupakan sisa dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai total Rp10 triliun. Sementara TLKM juga masih memiliki batas Rp5 triliun dari total PUB Rp12 triliun. Kemungkinan TLKM akan menerbitkan obligasi pada Mei atau Juni tahun ini.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA)
SSIA tengah mengkaji untuk menerbitkan obligasi rupiah senilai Rp500 - 750 miliar dengan tenor lima tahun pada kuartal II-2016. Dana tersebut akan digunakan untuk mengakuisisi lahan.
Presiden Direktur Surya Semesta Johannes Suriadjaja mengatakan lebih memilih menerbitkan obligasi berdenominasi rupiah ketimbang valas untuk menghindari risiko kurs. Sebelumnya, perseroan sempat berencana menerbitkan surat utang dolar Singapura. SSIA menargetkan akuisisi lahan 300 hektare di Subang.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
Sepanjang 2015, BSDE hanya berhasil mencatatkan marketing sales (pra penjualan) Rp 6,8 triliun atau 90 persen dari target tahun lalu. Kendati tak mencapai target, prapenjualan emiten properti Grup Sinarmas ini bertumbuh 3,8 persen dibanding 2014 sebesar Rp 6,5 triliun.
BSDE tak mampu mencapai target lantaran peluncuran tiga proyek baru tertunda dengan target perolehan marketing sales Rp 800 miliar. Ketiga proyek tersebut apartemen Aerium Taman Permata Buana di Jakarta Barat, Apartemen di Tanjung Barat, dan Samarinda Residential di Kalimantan Timur.
PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR)
LPKR berniat melakukan penawaran pertukaran (exchange offer) sebagian atau keseluruhan utang obligasi yang jatuh tempo pada 2019 sebesar US$ 250 juta dengan obligasi yang jatuh tempo pada 2023. Obligasi senior 2019 ini memiliki bunga 7 persen dan terbit melalui anak usaha yang berbasis di Singapura, yakni Theta Capital Pte Ltd (Theta). Obligasi ini dijamin oleh LPKR dan anak perusahaan.
LPKR telah meneken dealer manager agreement pada 18 Januari, yang dibuat oleh Theta, penjamin emisi dan Citigroup Global Markets Singapura Pte Ltd (Citi) selaku dealer manager. Theta akan meminta restu pemegang obligasi untuk menyetujui perubahan syarat dan ketentuan obligasi 2019 dan perubahan dokumen second supplemental trust deed.
PT Timah Tbk (TINS)
Produksi TINS terancam anjlok setelah Gubernur Bangka Belitung Rustam Efendi mengancam akan mencabut izin usaha pertambangan (IUP) milik perusahaan di Teluk Kelabat, Bangka Belitung. Efeknya akan mengancam produksi timah TINS yang mayoritas ada di lepas pantai. Apalagi, sekitar 70 persen produksi timah PT Timah berasal dari lokasi yang izinnya akan ditutup ini.
Rustam dikabarkan telah memberi rekomendasi pencabutan izin ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan alasan ada penolakan dari nelayan setempat. Sekretaris Perusahaan PT Timah Agung Nugroho menyatakan, TINS memang telah menghentikan sementara penambangan di Teluk Kelabat. Dia menilai pemberhentian pertambangan ini tidak adil karena sebagai badan usaha milik negara, TINS melakukan penambangan secara legal.
PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN)
Salah satu anak usaha BORN, PT Asmin Koalindo Tuhup, akan merestrukturisasi utang alias menyandang status penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) dalam sidang putusan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, pada Rabu 20 Januari 2016. Permintaan restrukturisasi utang ini sebenarnya diajukan sendiri oleh Asmin Koalindo.
Asmin Koalindo diketahui berutang kepada beberapa kreditor antara lain PT Kharisma Rekayasa Global dan PT Samudra Pacific Marine. Utang kepada dua perusahaan itu masing-masing sebesar US$ 14,7 juta dan US$ 98,54 juta. Total utang perusahaan mencapai US$ 113,24 juta setara dengan Rp 1,559 triliun.