Bareksa.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2015 tercatat defisit sebesar US$ 235,8 juta. Defisitnya neraca perdagangan ini merupakan kali kedua setelah November 2015 juga defisit US$ 346,4 juta. Namun sepanjang 2015, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 7,52 miliar, paling tinggi sejak 2011 lalu.
Di tengah ancaman perlambatan ekonomi, defisitnya neraca perdagangan menjadi indikator berjalannya perekonomian, kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution.
“Apakah defisit selalu jelek artinya? Kalau ekonomi kita bergerak, maka impor akan naik. Tapi ekspor belum tentu naik karena perekonomian dunia belum membaik," ujar Darmin hari ini (Jumat, 15 Desember 2015) seperti dikutip Detik.com.
Senada dengan Darmin, tim ekonomi Mandiri Sekuritas juga menganggap kenaikan nilai impor menjadi indikasi positif pulihnya permintaan domestik, dipicu meningkatnya impor barang modal seiring dengan penyerapan anggaran pemerintah yang lebih cepat pada akhir tahun.
Grafik: Neraca Perdagangan Indonesia Bulanan
Sumber: BPS, Bareksa.com
Dengan surplusnya neraca perdagangan periode 2015, neraca berjalan (current account deficit) tahun lalu diperkirakan akan berada di level 2 persen atau membaik dibanding periode 2014 sebesar 3,1%. (Baca juga: Proyek Infrastruktur Jokowi yang Ditenderkan Pada 2015 Capai 70%, Apa Impaknya?)