Berita / / Artikel

Harga Minyak Anjlok ke Level $30 per Barel, Bagaimana Pengaruhnya ke Saham ELSA?

• 14 Jan 2016

an image
Pekerja melakukan proses produksi di Kilang Pengolahan Pertamina Unit VII Kasim, Sorong, Papua Barat, Rabu (3/6). Kilang tersebut dapat memproduksi 10.000 barrel per hari guna memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) Papua dan Maluku. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Dalam setahun market cap ELSA tersisa Rp1,45 triliun atau turun 67 persen

Bareksa.com - Harga minyak dunia terus tertekan menyentuh harga terendah. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada perdagangan Selasa, 12 Januari 2016 menyentuh US$ 30,68 per barel. Harga tersebut juga merupakan rekor terendah sejak 12 tahun lalu. (Baca juga: Mengapa Harga Minyak Jatuh ke Level $30 per Barel? Ini 5 Alasannya).

Terakhir kali harga sangat rendah untuk WTI terjadi pada Desember 2003 dan pada April 2004 untuk Brent. WTI menyentuh terendah US$ 29,66 dolar pada Desember 2003 dan Brent pada April 2004 mencapai US$ 29,95 per dolar.

Analis menilai kondisi ini sudah di luar dugaan. "Situasi fundamental untuk pasar minyak ini lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya," ujar riset Barclays tentang komoditas yang telah dibagikan kepada nasabah.

Penurunan harga minyak ini berpotensi mempengaruhi kinerja beberapa emiten minyak dan gas di pasar modal Indonesia. Bahkan anjloknya harga minyak menggerus pendapatan emiten-emiten tersebut. Tak mengherankan bila saham-saham emiten terkait minyak dan gas harganya ikut tertekan. Salah satunya PT Elnusa Tbk (ELSA).

Lalu bagaimana keterkaitan harga minyak dunia terhadap saham Elnusa?

Grafik: Pendapatan, Laba ELSA dan Harga Minyak Dunia 2012 Hingga Kuartal III-2015

Sumber: Bareksa.com

Pengaruh penurunan tajam harga minyak dunia tercermin dari hasil laporan keuangan Elnusa pada kuartal III-2015. Harga minyak anjlok 51 persen menjadi $45,7 per barel dari sebelumnya $93,54 per barel membuat pendapatan perusahaan anjlok 13,3 persen menjadi Rp2,6 triliun dari sebelumnya Rp3,02 triliun. Laba ELSA juga ikut merosot sebesar 21,5 persen menjadi Rp226 miliar dari sebelumnya Rp288 miliar.

Sebelumnya pada akhir 2014, laba ELSA masih naik 73,2 persen menjadi Rp412 miliar dari sebelumnya Rp238,06 miliar. Padahal pada pertengahan 2014 harga minyak dunia telah anjlok dalam.

Penopangnya penjualan aset tanah dan selisih kurs mata uang. Beban pokok pendapatan turun 0,1 persen menjadi Rp 3,46 triliun pada 2014. Hal itu membuat laba kotor perseroan naik 17,5 persen menjadi Rp 759,81 miliar pada 2014 dari periode 2013 sebesar Rp 646,65 miliar.

Grafik: Pergerakan Harga Saham ELSA Sejak Kuartal 30 September 2014- 13 Januari 2015

 

 

Sumber: Bareksa.com

Kinerja perusahaan  dan lemahnya harga minyak hingga hari ini (Rabu, 13 Januari 2015) membuat harga saham ELSA ikut rontok  68,25 persen menjadi Rp200 dari sebelumnya Rp630 pada akhir September 2014.

Dari pantauan Bareksa, nilai pasar atau market cap ELSA tersisa Rp1,45 triliun pada hari ini atau turun 67 persen dibanding satu tahun lalu yang masih Rp4,38 triliun. Hal ini mencerminkan penurunan harga saham ELSA sangat drastis.

Tags: