Cadangan Devisa Naik, Rupiah Terkuat Setelah Rupee & Ringgit

Bareksa • 08 Jan 2016

an image
Seorang pedagang jasa penukaran valuta asing menunggu warga yang ingin menukarkan dolar di Kawasan Kwitang, Jakarta, Senin (9/3). Bank Indonesia mematok kurs tengah rupiah ditransaksikan pada level Rp13.047 per dolar AS atau melemah 0,49 persen. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Dolar Index melemah menyusul meningkatnya tensi di Timur Tengah dan memburuknya kondisi pasar keuangan China

Bareksa.com - Dalam dua hari terakhir rupiah bergerak menguat didorong sentimen positif dari dalam negeri. Menguatnya cadangan devisa dan indeks kepercayaan konsumen mendukung mata uang Republik ini terus menguat.

Hari ini (Jumat, 8 Januari 2016) Bank Indonesia (BI) mengumumkan cadangan devisa sebesar $105,93 miliar atau naik $5,69 miliar dari bulan sebelumnya $100,24 miliar. Deutsche Verdhana Indonesia dalam riset yang dipublikasikan 8 Januari 2015 memperkirakan bahwa naiknya cadangan devisa yang cukup signifikan didukung penerbitan surat utang luar negeri $3,5 miliar ditambah dengan arus dana masuk (inflow) di pasar keuangan sebesar $0,6 miliar.

Menurut Deutsche Verdhana, naiknya cadangan devisa menjadi menarik karena berlawanan dari ekspektasi pasar yang memperkirakan bahwa cadangan devisa Desember bisa saja terkuras karena kuatnya rupiah pada pertengahan Desember. Hal tersebut membawa rupiah menjadi salah satu mata uang terkuat di kawasan Asia Pasifik hari ini. Sampai dengan jam 12.00 WIB, rupiah berada pada Rp13.876 atau menguat 0,37 persen dari sebelumnya. Penguatan rupiah hanya kalah dibanding penguatan Rupee India sebesar 0,43 persen dan Ringgit Malaysia sebesar 0,41 persen.

Grafik: Pergerakan Rupiah Terhadap Dolar


sumber: Bareksa.com

Selain menguatnya cadangan devisa, faktor lain yang mendukung naiknya rupiah dua hari terakhir adalah positifnya indeks kepercayaan konsumen menjadi 107,5 poin, di atas perkiraan konsensus 102,5 poin dan lebih tinggi dari bulan sebelumnya 103,7 poin.  

"Secara umum sentimen lokal masih cukup positif; inflasi turun, permintaan domestik membaik, belanja pemerintah digenjot, peluang BI rate dipangkas besar, cadangan devisa mulai naik," ujar Rangga Cipta, Ekonom Samuel Sekuritas menanggapi penguatan rupiah.

Di pasar global, dollar index telah menurun drastis sejak awal  2015, menyusul meningkatnya tensi di Timur Tengah dan memburuknya kondisi pasar keuangan China. Sejak 7 Januari 2015, berdasarkan data Bloomberg, dollar index berada di level 98,20 atau turun 1,2 persen dari level tertinggi pada 5 Januari 2016.

Grafik: Pelemahan Dollar Index


sumber: Bloomberg  

Sementara itu di pasar spot, harga emas sudah mulai merangkak naik sejak akhir Desember 2015 yang memberi sinyal peningkatan permintaan atas aset safe-haven, seiring dengan merebaknya ketidakpastian pasar.

Grafi: Harga Spot Emas


sumber: Bloomberg

Pada 7 Januari harga emas di pasar spot berada di level $1.108 per troy ounce lebih tinggi 4,4 persen dari harga per 31 Desember sebesar $1.061 per troy ounce.