Bareksa.com - Harga saham maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menguat selama tiga hari perdagangan berturut-turut, seiring dengan sentimen positif dari rendahnya harga minyak dunia yang disinyalir dapat memangkas biaya operasional perseroan. Selama tiga hari terakhir, asing sudah mulai membukukan beli bersih terhadap saham maskapai terbesar nasional ini.
Hingga jeda siang hari ini (Kamis, 7 Januari 2015), harga saham GIAA menguat 1,3 persen menjadi Rp319 di saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 1,11 persen menjadi 4557,84. Saham GIAA bergerak dalam kisaran Rp312 - 322 sepanjang sesi pertama hari ini.
Berdasarkan data perdagangan bursa, asing sudah membukukan beli bersih senilai Rp659,39 juta. Sementara itu, total nilai jual beli saham GIAA di semua pasar di bursa hari ini mencapai Rp9,3 miliar.
Broker asing yang terpantau melakukan beli bersih terbanyak saham GIAA adalah UBS Securities (AK) dengan nilai Rp663,7 juta untuk 20.893 lot saham. Broker asing pembeli terbesar kedua saham GIAA adalah CIMB Securities (YU) yang membeli bersih 11.091 lot senilai Rp352,4 juta.
Sejak 4 Januari 2016, asing sudah membukukan pembelian bersih (net buy) saham GIAA senilai Rp4,3 miliar. Broker yang terbanyak membeli GIAA selama empat hari terakhir ini adalah Credit Suisse (CS). CS membeli saham GIAA senilai Rp2,8 miliar, atau 65 persen dari total beli bersih asing selama empat hari ini.
Harga saham GIAA sejak awal tahun ini terkena dampak positif dari penurunan harga minyak dunia. Pada Januari - September 2015, penurunan biaya bahan bakar sebesar 31 persen membantu turunnya total biaya operasional Garuda 9,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, frekuensi penerbangan yang dilakukan sepanjang Januari - September 2015 masih meningkat 12,15 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Dengan dukungan rendahnya harga bahan bakar, diperkirakan Garuda bisa meraih keuntungan pada 2015. Riset Maybank Kim Eng 6 Januari 2015 yang telah disampaikan kepada nasabah, menyebutkan bahwa dukungan dari rendahnya bahan bakar bisa mendorong laba GIAA menjadi US$83 juta pada akhir 2015. Atau membaik dari kerugian sebesar US$373 juta pada 2015.
Harga saham GIAA sepanjang tahun lalu sudah tertekan 38 persen dari Rp500 pada awal Januari 2015 menjadi tinggal Rp309 pada penutupan Desember 2015. Bahkan, saham GIAA sempat menyentuh level terendahnya sejak penawaran perdana (IPO) yaitu Rp297 pada 28 September 2015.