Kontrak Lampaui Target, Saham WTON Lompat 15%

Bareksa • 06 Jan 2016

an image
Pekerja memeriksa kondisi dan menghitung jumlah beton paku bumi di Pabrik Wika Beton (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Sepanjang 2015 WTON berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp3,5 triliun atau 34,62% lebih tinggi dibandingkan 2014

Bareksa.com - Berkah proyek infrastruktur pemerintah mulai dirasakan perusahaan infrastruktur, khususnya PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) yang memproduksi beton pracetak sebagai bahan baku utama proyek infrastruktur.

Berdasarkan rilis perusahaan, sepanjang 2015 WTON berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp3,5 triliun atau 34,62% lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan 2014 sebesar Rp2,6 triliun. Pencapaian ini melebihi proyeksi kontrak baru 2015 sekitar Rp3,2 triliun.

Sebagian besar kontrak baru tersebut diperoleh pada kuartal IV-2015, yakni sebesar Rp1,3 triliun. Sementara sisanya Rp2,2 triliun diperoleh sepanjang Januari - September 2015. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar proyek yang didapat berasal dari genjotan pembangunan infrastruktur pemerintah.

"Pemerintah  mempercepat kontrak pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur yang sempat tersendat pada triwulan I, II dan III," kata Puji Haryadi, Sekertaris Korporasi WTON dalam rilis yang diterbitkan.

Untuk 2016, perseroan menargetkan kontrak baru pada kisaran Rp4 triliun atau naik 14,2 persen dari realisasi 2015.  Puji Haryadi meyakini bahwa langkah pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur akan semakin  mendorong pertumbuhan bisnis WTON tahun ini.

Hari ini (Rabu, 6 Januari 2016) sampai dengan jam 13.45 WIB harga saham WTON sudah menyentuh level Rp920 per saham atau naik 15 persen dari penutupan Senin 4 Januari 2015 pada harga  Rp800 per saham.

Sepanjang 2015, harga saham WTON sudah menurun cukup signifikan, yakni sebesar 36 persen ke level Rp825 per saham dari sebelumnya Rp1.300 per saham.

Grafik: Pergerakan harga Saham WTON 2015

sumber: Bareksa.com 

Hal tersebut didorong turunnya kinerja, misalnya pada Januari-September pendapatan WTON turun 33 persen dan laba ambrol 60 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.