Ambrolnya Harga Minyak Berpotensi Dorong Laba Garuda 2015 Jadi Rp1 Triliun

Bareksa • 06 Jan 2016

an image
Pesawat milik maskapai Garuda Indonesia terparkir di Terminal 2F, Bandara internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten - (ANTARA FOTO/Lucky R.)

Dua hari terakhir harga saham GIAA mulai terdongkrak naik 6%

Bareksa.com - Menjelang 2016 angin segar mulai menerpa perusahaan penerbangan yang beroperasi di Indonesia. Rendahnya harga minyak mentah dan regulasi pemerintah mendukung perusahaan-perusahaan penerbangan untuk menghemat biaya operasionalnya.

Dampak positif tentunya juga dirasakan BUMN penerbangan, seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang sahamnya tercatat di bursa efek Indonesia (BEI). Sejak kemarin (Selasa, 5 Januari 2015) hingga hari ini (Rabu, 6 Januari 2016) jam 10.30 wib, harga saham GIAA sudah menguat 6 persen menjadi Rp318 per saham dari sebelumnya Rp300 per saham.

Naiknya harga saham tidak terlepas dari faktor kemerosotan harga bahan bakar pesawat seiring dengan jatuhnya harga minyak dunia. Sebagaimana diketahui, biaya bahan bakar merupakan tanggungan terbesar bagi perusahaan penerbangan.

Pada Januari - September 2015, penurunan biaya bahan bakar sebesar 31 persen membantu turunnya total biaya operasional garuda 9,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal, frekuensi penerbangan yang dilakukan sepanjang Januari - September 2015 masih meningkat 12,15 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Grafik: Biaya Bahan Bakar & Frekuensi Penerbangan Garuda


sumber: Garuda Indonesia, diolah Bareksa

Dengan dukungan rendahnya harga bahan bakar, diperkirakan Garuda bisa meraih keuntungan pada 2015. Riset Maybank Kim Eng per  6 Januari 2015 yang telah dilaporkan kepada nasabah, menyebut rendahnya bahan bakar bisa mendorong Garuda meraih laba 2015 sebesar US$83 juta atau sekitar Rp1 triliun --asumsi kurs Rp13.000/$-- lebih baik dari kerugian sebesar US$373 juta di akhir tahun 2014.

Faktor lain yang dapat mendukung kinerja Garuda adalah dukungan pemerintah melalui paket kebijakan yang telah dikeluarkan. Desember lalu, pemerintah melalui paket kebijakan jilid VIII memutuskan memangkas pajak impor suku cadang pesawat hingga nol persen dari sebelumnya berkisar 5 - 10 persen. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, setiap tahun Garuda mengeluarkan dana setidaknya US$40 - 73 juta untuk membeli suku cadang pesawat.  

Terlepas dari penurunan harga bahan bakar dan dukungan pemerintah, manajemen Garuda juga berhasil melakukan efisiensi operasional pada 2015. Menurut riset Mandiri Sekuritas 24 November 2015, keputusan manajemen untuk  memangkas rute internasional yang kurang menguntungkan berhasil memangkas Cost per Average Seat Kilometer (CASK) sebesar 13,7 persen menjadi US$6,3 sen dari sebelumnya US$7,3 sen. 

Selain itu, Januari - September 2015 emiten berkode GIAA juga sukses menurunkan biaya penjualan dan promosi sebesar 10 persen menjadi $232 juta dari sebelumnya $260 juta.