Bareksa.com - Pemerintah China hari ini (Selasa, 5 Januari 20015) menggelontorkan dana jumbo kepada sistem perbankan mereka dengan tujuan untuk menenangkan pelaku pasar setelah sehari sebelumnya (Senin, 4 Januari 2016) bursa Shanghai jatuh tujuh persen, yang diikuti oleh anjloknya bursa global.
Bank Sentral Cina menyuntikkan dana segar senilai 130 miliar yuan atau setara $19,95 miliar selama masa perdagangan. Kucuran dana raksasa ini terbesar sejak September 2015.
"Pada sekitar tahun ini, Bank Rakyat China melakukan suntikan repo secara berkala hanya dengan alasan musiman," kata Ekonom China dari Capital Economic Julian Evans-Pritchard sebagaimana dilansir CNBC, Selasa, 5 Januari 2016.
China, menurut dia, memang membutuhkan uang tunai dalam jumlah besar untuk periode liburan tahun baru Imlek. Namun, langkah pengguyuran dana ini sebenarnya masih terlalu awal karena Imlek masih cukup lama. "Mungkin ada unsur untuk memperbaiki kondisi setelah jatuhnya pasar saham kemarin," katanya.
Pada perdagangan Senin, 4 Januari 2015 bursa China anjlok 7 persen. Indeks Shanghai terjerembab 6,8 persen dan Indeks Gabungan Shenzen jatuh 8,1 persen.
Alasan lain Bank Rakyat China menggelontorkan dana kemungkinan untuk menstabilkan yuan di pasar setelah terjadi capital outflow secara terus menerus hingga mencapai $221 miliar.
Capital outflow tampaknya terus menekan Renminmi. Padahal Bank Sentral China menargetkan depresiasi yang lebih lambat dari mata uangnya tersebut. Oleh karena itu mereka harus membeli Renminbi dari pasar agar pengetatannya berjalan efektif.