Bareksa.com – Sepanjang 2015, kinerja Rupiah tidak seperti yang diekspektasikan. Pada akhir 2014, mata uang Republik ini masih di level Rp 12.440 per dolar Amerika Serikat, tapi pada 30 Desember 2015 Rupiah anjlok ke level Rp 13.794 per dolar atau anjlok 10,9 persen.
Rupiah memang tidak melemah sendirian. Mata uang milik negara-negara tetangga seperti Filipina, Thailand, Singapura dan Malaysia juga mengalami hal yang sama. Namun di kawasan ASEAN, Rupiah tercatat berkinerja kedua terburuk setelah Ringgit Malaysia yang melemah 22,7 persen.
Grafik : Nilai Tukar Mata Uang Berbagai Negara Terhadap AS Dollar
Sumber : Bloomberg, Bareksa.com
Semenjak Bank Sentral Amerika menyetop kebijakan membeli obligasi pemerintahnya pada Oktober 2014 lalu dan berencana menaikkan suku bunga acuan karena membaiknya perekonomian dana investor asing mulai mengalir kembali ke Negeri Paman Sam.
Akibatnya, mata uang negara-negara di dunia melemah tidak terkecuali Rupiah. Kurs Rupiah tercatat dua kali melewati batas psikologis, yaitu menembus Rp13.000 per dolar pada Maret 2015 dan melewati Rp14.000 per dolar pada Agustus 2015.
Grafik : Pergerakan Rupiah Terhadap AS Dollar Sepanjang 2015
Sumber : Bareksa.com
Periode September merupakan titik tertinggi pelemahan Rupiah. Nilai tukar terhadap AS Dollar menyentuh Rp14.728, sekaligus angka terendah sejak 1998. (Baca juga : Rupiah Rp14.700 per dolar, Mayoritas Analis Katakan Indonesia Sudah Masuki 'Krisis Mini')
Seiring dengan melemahnya Rupiah, dana investor asing juga keluar dari pasar saham Indonesia meskipun di pasar obligasi, investor asing masih mencatatkan beli bersih atas obligasi pemerintah Indonesia.
Hingga Desember 2015, aksi jual bersih investor asing di pasar saham mencapai Rp 29 triliun yang juga memicu penurunan IHSG 12 persen. Di pasar obligasi, beli bersih investor asing tercatat Rp89 triliun.
Grafik : Kepemilikan Investor Asing Pada Saham
Sumber: Bareksa.com
Grafik : Kepemilikan Investor Asing Pada Obligasi Pemerintah
Sumber: Bareksa.com
Tren pelemahan Rupiah mulai berbalik memasuki Oktober. Hanya dalam dua minggu Rupiah perkasa ke level Rp. 13.288 atau menguat hampir 10 persen. Hal ini ditengarai karena intervensi BI dan kembali masuknya investor asing serta efek dari paket kebijakan ekonomi yang dirilis pemerintah. (Baca juga : Intervensi BI & Pembelian Bersih Investor Asing Dorong Penguatan Rupiah)
Grafik : Cadangan Devisa Indonesia
Sumber: Bareksa.com
Upaya Bank Indonesia mengintervensi nilai tukar Rupiah menyusutkan cadangan devisa sebesar US$11,6 juta. Pada November 2015, cadangan devisa Indonesia hanya tersisa US$100 juta dibandingkan akhir 2014 sebesar US$111,8 juta.