Bareksa.com - Saham pertambangan yang pernah berjaya pada 2010 - 2012, beberapa tahun terakhir mengalami masa-masa sulit. Perlambatan ekonomi dunia menyebabkan permintaan bahan tambang menurun drastis sehingga kinerja perusahaan tambang tertekan. Apalagi permintaan dari China sebagai importir terbesar terus turun.
Dalam periode 10 tahun, indeks sektor tambang ternyata masih membukukan imbal hasil (return) positif, yaitu 32,13 persen. Namun bila dibandingkan dengan return IHSG yang tumbuh 291,98 persen, return sektor tambang masih terpaut jauh. Sepanjang 2015 (year-to-date), indeks sektor tambang malah anjlok lebih dalam, sekitar 41,25 persen.
Grafik : Perbandingan Indeks Sektor Tambang 29 Desember 2005 - 28 Desember 2015
Sumber : Bareksa.com
Dari lima emiten sektor pertambangan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Bayan Resources Tbk (BYAN), Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) dan Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), hanya BYAN yang mampu mempertahankan harga sahamnya tetap positif.
Grafik : Perbandingan Return 5 Saham Pertambangan 29 Desember 2014 - 28 Desember 2015
Sumber : Bareksa.com
Return year-to-date perusahaan yang didirikan oleh Low Tuck Kwong ini mencapai 18,42 persen. Padahal laporan keuangan kuartal III-2015 menunjukkan BYAN membukukan rugi bersih Rp 398 miliar.