Bareksa.com - Bagi pemain minyak mungkin 2015 merupakan tahun yang paling mengejutkan. Pasalnya sepanjang inilah harga minyak anjlok tajam melanjutkan kejatuhannya pada 2014.
Pada awal 2015, minyak WTI diperdagangkan pada harga $58 per barel. Namun, hari ini (Senin, 28 Desember 2015) dipergadangkan pada harga $37,79 per barel.
Dalam seminggu terakhir harga si emas hitam ini juga mencatatkan penurunan delapan persen. Harga minyak sendiri sudah mendekati nilai terendahnya semenjak 2004.
Namun, Kepada Strategi Komoditas Global di RBC Capital Market, Helima Croft, mengatakan bukan berarti harga minyak sudah mencapai harga terendahnya. Dilansir CNBC, ia mengungkapkan ada tiga skenario pergerakan harga minyak pada 2016.
Skenario terburuknya, menurut Croft, tahun depan akan terjadi tsunami pasokan minyak dari negara-negara anggota OPEC, seperti Saudi Arabia, Iran dan Libya. Jika skenario ini terjadi maka dipastikan harga minyak akan kembali ambrol ke kisaran $30 per barel. Skenario terbaik, menurutnya, akan terjadi penarikan pasokan minyak di pasar.
Skenario terbaik ini akan menggeret harga minyak ke kisaran $60 per barel. Croft menilai apapun skenario yang terjadi harga minyak baru akan mencapai titik stabil pada paruh kedua 2016.
"Skenario terbaik kita adalah harga minyak tetap berada di tengah-tengah. Diperkirakan harga minyak akan berada di level $52 per barelnya," katanya.
Ia berharap harga minyak akan naik sepertiga dibanding harga perdagangan hari ini.
Sementara itu, turunnya harga minyak dunia membuat pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi. Harga BBM Bersubsidi akan diturunkan pada 5 Januari 2016. Harga premium turun menjadi Rp7.150 per liter dan Solar menjadi Rp5.950 per liter. (baca juga: Harga Bensin Premium & Solar Turun Imbas Ambrolnya Harga Minyak Dunia)