CHART OF THE DAY : Harga CPO Mulai Pulih, Saham Perkebunan Belum Naik?

Bareksa • 28 Dec 2015

an image
Harga kontrak CPO naik 9 persen year-to-date (23 Desember 2015)

Harga CPO naik 9 persen ytd, saham emiten perkebunan masih di teritori negatif

Bareksa.com – Menjelang akhir tahun, harga komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) terus mencatatkan titik tertingginya. Harga kontrak berjangka CPO dalam kurs Malaysian Ringgit (RM) pada 23 Desember 2015 lalu tercatat pada harga RM 2.487 per metrik ton (MT) atau naik 9 persen dibanding awal tahun. Sejak menyentuh level terendahnya pada Agustus 2015, harga CPO tercatat telah melesat 33 persen.

Memasuki periode September 2015 hingga akhir November, harga CPO gobal naik dipicu meningkatnya permintaan minyak nabati dari India dan diperkirakan permintaan masih akan tinggi beberapa bulan ke depan. Selain itu, El Nino yang menyebabkan musim kemarau panjang juga sempat menimbulkan kekhawatiran kurangnya pasokan (Baca juga : Harga CPO Telah Naik 15,5%, Harga Saham Produsen Kelapa Sawit Kompak Meroket)

Grafik : Perbandingan Return Saham AALI, BWPT, LSIP dan SIMP 30 Desember 2014 - 23 Desember 2015

Sumber : Bareksa.com

Berbeda dengan harga CPO yang menunjukkan pemulihan, saham-saham sektor perkebunan masih belum bangkit. Empat emiten yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) membukukan return negatif di atas 30 persen year-to-date, bahkan BWPT telah anjlok sekitar 65 persen.

Grafik : Perbandingan Return Saham AALI, BWPT, LSIP dan SIMP 30 Desember 2014 - 23 Desember 2015

Sumber : Bareksa.com

Hal ini tidak terlepas dari kinerja laporan keuangan emiten perkebunan pada kuartal III-2015 yang di bawah ekspektasi. BWPT mencatatkan rugi bersih Rp 82 miliar pada September 2015 lalu yang memicu harga sahamnya terjun bebas.