Sejumlah Data Ini Patut Diperhatikan Sebelum Memasuki 2016

Bareksa • 23 Dec 2015

an image
Suasana Terminal Petikemas Surabaya, Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/9). Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur mencatat kinerja ekspor nonmigas Jatim pada Agustus 2015 meningkat 33,4 persen dibandingkan kinerja ekspor pada Juli 2015. ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Sejumlah data menunjukan perkembangan di akhir tahun 2015

Bareksa.com - Perekonomian Indonesia 2015 melambat. Hal ini didorong beberapa faktor, salah satunya pelemahan harga komoditas yang berimbas pada turunnya daya beli masyarakat.

Pertanyaannya, Apakah kondisi ini akan berlanjut sampai 2016?

Bareksa mencoba mengumpulkan sejumlah data perkembangan yang terjadi di tahun ini, dan dapat diperhatikan sebelum memasuki tahun depan.

Menghadapi kondisi pelemahan pada 2015, pemerintahan Presiden Joko Widodo berupaya terus memperbaiki, salah satunya dengan cara meningkatkan belanja pemerintah. Dalam APBN-P 2015, belanja negara ditingkatkan terutama pada pos belanja infrastruktur, yang mencapai Rp290,3 triliun, naik 51 persen dari APBN sebelumnya. Bagaimana hasilnya?  

Salah satu data yang dapat mengukur hasil dari upaya pemerintah ini adalah nilai kontrak yang diperoleh perusahaan konstruksi. Hingga November 2015, total nilai kontrak yang diperoleh empat perusahaan konstruksi BUMN mencapai Rp77 triliun naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp53 triliun. Pertumbuhannya mencapai 45,3 persen, dan sebagian besar kontrak diperoleh pada September - November, di mana proses tender proyek pemerintah selesai pada periode tersebut.

Grafik:Kontrak Konstruksi


sumber:riset Deutsche Bank, diolah Bareksa

Di sisi lain, peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur mendorong naiknya konsumsi semen nasional. Data yang dikutip dari riset Deutsche Bank menunjukan bahwa volume penjualan semen periode Oktober sebesar 6,37 juta ton, mencetak rekor tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Grafik: Penjualan Semen Nasional


sumber: riset Deutsche Bank

Selain itu, peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur juga meningkatkan aktivitas impor Indonesia. Dalam catatan BPS, ada peningkatan impor pada empat golongan barang, yaitu mesin dan peralatan listrik naik sebesar 11,71 persen, besi dan baja naik  17,65 persen, kendaraan dan bagiannya sebesar 0,96 persen dan benda dari besi dan baja sebesar 21,79 persen.

Data tersebut menunjukkan bahwa golongan barang yang impornya meningkat adalah barang modal untuk pembangunan infrastruktur.

Pada Januari - Oktober, Indonesia selalu mengalami surplus neraca perdagangan. Sayangnya hal tersebut lebih disebabkan karena impor yang terus tertekan seiring dengan turunnya daya beli masyarakat. Namun pada November ini, didorong oleh naiknya impor barang modal, Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan untuk pertama kalinya.   

Grafik: Ekspor Impor Indonesia


sumber: BPS, diolah Bareksa

Grafik: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

 


sumber: BPS

 

Dengan dorongan dari aktivitas pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai menunjukkan perbaikan pada kuartal III-2015. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bertumbuh 4,73 persen pada kuartal III, naik dari kuartal sebelumnya sebesar 4,67 persen. Peningkatan pada kuartal III merupakan yang pertama kali sejak terus merosot pada 2015 ini.