Tahun 2015, Saham-saham Ini Masuk 'Klub 50' (Bagian I)

Bareksa • 17 Dec 2015

an image
Kapal kargo melintas menjelang matahari terbenam, di perairan Teluk Bayur, Padang, Sumatera Barat, Selasa (17/3). Badan Pusat Statistik Sumbar merilis ekspor hasil pertanian yang diangkut melalui Pelabuhan Teluk Bayur pada Februari 2015, meningkat sebesar 47,58 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Indeks Harga Saham gabungan harus turun dari 5.300 hingga saat ini berada di level 4.500.

Bareksa.com - Tahun 2015 merupakan periode berat bagi perekonomian. Bukan hanya Indonesia, tetapi juga perekonomian dunia.

Kondisi perekonomian nasional juga memprihatinkan. Nilai tukar rupiah sempat melambung hampir menyentuh Rp15.000 per dolar Amerika Serikat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) harus turun dari level 5.300 hingga saat ini berada di level 4.500. IHSG bahkan sempat menyentuh level 4.300.

Kondisi ini juga menyebabkan beberapa saham harus rela 'tertidur' di dasar harga  Rp50 per sahamnya. Saham-saham ini turun dikarenakan performanya yang kurang baik pada 2015.

Saham-saham yang terjerumus dalam 'club 50' ini adalah : SLJ Global Tbk (SULI), Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT), Trada Maritime Tbk (TRAM), Triwira Insanlestari Tbk. (TRIL) dan Star Petrochem Tbk (STAR).

Grafis : Pergerakan Harga Saham SULI, TIRT, TRAM, TRIL dan STAR

Sumber: Bareksa

Saham TRAM pada awal tahun dibuka pada harga Rp211 per sahamnya. Saham TRAM terus turun seiring dengan performanya yang juga semakin menyusut.

Terakhir, TRAM melaporkan  anak usaha mereka, Trada Samudera Bangsa gagal membayar utang kepada PT Bank Mandiri Tbk cabang Singapura sebesar $13,48 juta.

Saham TRIL juga seperti 'hidup segan mati tak mau' pada awal 2015. Saham TRIL pada awal tahun berada di Rp56 per saham.

Pada Februari saham emiten di bidang perdagangan ini menyentuh angka Rp50 dan tidak pernah bangkit lagi hingga hari ini (Kamis, 17 Desember 2015).

Saham STAR sebenarnya sudah mulai berada di lantai dasar nilai saham semenjak awal 2015. Namun, saham emiten tekstil ini mulai bangkit pada Mei dan  Juli lalu mencapai nilai tertingginya pada Rp83.

Namun pada  Oktober, saham STAR harus kembali tertidur di Rp50 per saham hingga saat ini.

Saham TIRD pada 2 Januari 2015 ditutup pada harga Rp87 per saham. Performa saham TIRD hingga pertengahan tahun memang terus menurun. Pada November saham ini tenang menunggu di dasar bursa hingga saat ini.

Saham SULI hingga pertengahan 2015 masih diperdagangkan pada harga Rp60-an per lembar. Namun saham emiten ini mulai menyentuh harga Rp50 per saham pada September 2015.

Saham SULI memang masih bergerak, tapi pergerakannya terbatas pada Rp50-52 per sahamnya.

Grafis : Return Saham SULI, TIRT, TRAM, TRIL dan STAR

Sumber: Bareksa

Dari kelima saham di atas TRAM-lah yang mempunyai performa paling buruk. Saham emiten perkapalan ini memberi return negatif 76,30 persen sejak awal  2015. Setelah itu return terendah diberikan oleh TIRT sebesar minus 41,86 persen diikuti oleh SULI minus 17,74 persen dan TRIL minus 10,71 persen. Jika dipegang sejak awal 2015 saham STAR tidak memberi apa-apa kepada investornya karena posisi pembukaan  berada di Rp50.