Bareksa.com - Harga minyak terus merosot. Setelah stagnan di level $50 per barel, kini harga minyak mesorot ke level $30 per barel. Berdasarkan data CNBC, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) Januari 2016 saat ini mencapai $35,42 per barrel.
Angka ini menuru 0,56 persen atau US$0,20 dari pembukaan sebelumnya. Harga minyak Brent juga mengalami penurunan bahkan mencapai terendah sejak Desember 2008.
Badan Energi Internasional (IEA) menyebutkan terjun bebasnya harga minyak disebabkan pasokan minyak global akan terus berlebih hingga akhir 2016. Sebelumnya, harga minyak diprediksikan akan menuju $20 per barel. (baca juga: Harga Minyak Diprediksi Menyentuh $20 per Barel, Bahayakah?)
Grafik : Pergerakan Harga Minyak WTI
Sumber: CNBC
Melemahnya harga minyak dunia menjadi berkah sekaligus tantangan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Melemahnnya harga minyak ini tentu akan menguntungkan bagi maskapai karena penggunaan avtur semakin murah.
Sebagai contoh PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). GIAA sepanjang kuartal III-2015 membukukan laba bersih $50,13 juta. Angka ini berbalik dari rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu senilai $222,3 juta. Padahal, pendapatan usaha maskapai pelat merah ini cenderung stagnan. Namun turunnya harga minyak global membuat biaya operasional perseroan menurun.
Padahal sepanjang kuartal III-2015 harga minyak WTI berada di angka $45,48 per barel. Harga minyak $35 per barel saat ini tentu akan semakin menekan beban biaya operasional GIAA. (Selengkapnya baca: Tertolong Harga Minyak yang Anjlok, Garuda Bukukan Laba US$50,13 Juta)
Selain GIAA, jebloknya harga minyak karena OPEC yang enggan mengurangi produksi ini juga bisa memberi kucuran margin keuntungan kepada perusahaan distributor minyak asal Indonesia, yakni PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Dalam report Citi beberapa waktu lalu, penurunan harga minyak ini bisa memberi margin lebih tinggi kepada perseroan. Berdasarkan data historis, turunnya harga minyak sejak kuartal III-2014 memang menggerek naik laba AKRA.
Pasalnya, pada pertengahan 2014 (sebelum harga minyak merosot) marjin keuntungan AKRA masih berada di kisaran 5 persen, namun pada September 2015 margin keuntungan AKRA naik hingga delapan persen.
Turunnya harga minyak sekitar 61 persen ternyata membuat beban pokok penjualan dan pendapatan AKRA turun sekitar 15 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.