Berita / / Artikel

Pertarungan Perusahaan Konstruksi BUMN, Mana Lebih Unggul?

• 04 Dec 2015

an image
Pekerja menyelesaikan konstruksi pembangunan gedung bertingkat di kawasan Gambir, Jakarta, Senin (27/4). Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan investasi pada 2015 sebesar Rp. 519,5 triliun atau tumbuh sekitar 14 persen dari pencapaian tahun sebelumnya. ANTARA FOTO/Andika Wahyu/Spt/15.

2 perusahaan dapat PMN, 2 lainnya dapat proyek strategis

Bareksa.com - Empat emiten konstruksi BUMN adu kemampuan pada tahun ini. Ke empat perusahaan pelat merah tersebut mendapat keuntungan dari rencana pemerintahan Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menitikberatkan pembangunan di sektor infrastruktur. Dua BUMN itu pada 2015 sudah diuntungkan dengan suntikan modal pemerintah melalui penyertaan modal Negara (PMN). Sementara dua lainnya dipastikan mendapat proyek strategis.

Perusahaan mana yang paling unggul?

Dari segi raihan kontrak baru, sampai dengan akhir November pencapaian terbaik diperoleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan meraup kontrak baru Rp 27,9 triliun. Pencapaian tersebut setara dengan 93% dari target perseroan tahun ini sebesar Rp 30 triliun.

PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) mengantongi kontrak baru sekitar Rp 20 triliun atau 74% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 27 triliun. Sementara PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), baru berhasil mengantongi kontrak masing-masing Rp 19,03 triliun (60,15% dari target) dan Rp 11,1 triliun (59,3% dari target).

Grafik: Kontrak BUMN Konstruksi


sumber: Perusahaan, diolah Bareksa

Waskita tahun ini memang memiliki kesempatan lebih besar meraih lebih banyak kontrak. Pasalnya, perseroan merupakan perusahaan BUMN konstruksi pertama yang meraih PMN sebesar Rp3,5 triliun. Dengan skema rights issue, total dana yang didapatkan Waskita mencapai Rp5,29 triliun dan menjadikan perseroan sebagai kontraktor BUMN dengan modal terkuat. (Baca juga: Total Kontrak Waskita Berpotensi Naik 80%, Pendapatan Diproyeksi Naik 2 X Lipat)

Grafik: Perbandingan Ekuitas BUMN Konstruksi


sumber: Perusahaan, diolah Bareksa

Perusahaan lain yang dipastikan telah mendapatkan PMN adalah Adhi karya. Namun, nominal yang diterima perusahaan kontraktor kereta ringan (LRT) ini jumlahnya lebih kecil Rp1,4 triliun. Total dana yang diraih Adi Karya dari PMN dan publik -- melalui skema rights issue yang dilaksanakan pada Oktober 2015 -- sebesar Rp2,74 triliun. Dana  tersebut dipakai untuk melakukan pembangunan konstruksi LRT. (Baca juga: Setelah Right Issue, Adhi Karya Sanggup Kerjakan LRT; Ini Perhitungan Modalnya)

Sementara itu dua perusahaan lainnya direncanakan untuk mendapat PMN pada 2016. Awalnya, pemerintah berencana menyuntik dana sebesar Rp2,2 triliun kepada PTPP dan Rp4 triliun untuk Wijaya Karya. Namun, rencana penyuntikan dana kepada sejumlah BUMN ditolak oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Walaupun demikian dua emiten yang belum mendapat jatah PMN ini dipastikan akan mengerjakan proyek-proyek strategis. Wijaya Karya dipastikan masuk ke dalam konsorsium perusahaan yang membangun kereta cepat Jakarta-Bandung. Sementara PTPP dipastikan akan membangun dermaga Makassar New Port.

Dengan keunggulan kontrak, Waskita juga memimpin dari segi kinerja keuangan. Pendapatan sampai dengan kuartal III-2015 naik 40 persen mengguli ADHI yang hanya naik 4,3 persen. Wijaya Karya justru mengalami penurunan nilai pendapatan sebesar 6 persen, sedangkan PTPP belum melaporkan kinerja kuartal III.

 

Grafik: Perbandingan Pendapatan & Pertumbuhan Laba BUMN Konstruksi


sumber: Perusahaan, diolah Bareksa

Laba Waskita pada kuartal III naik dua kali lipat menjadi Rp400 miliar dari sebelumnya Rp129 miliar, diikuti ADHI naik 35 persen. Wijaya Karya yang mengalami penurunan pendapatan juga mengalami penurunan laba sebesar 2,5 persen menjadi hanya Rp390 miliar dari sebelumnya Rp400 miliar.

Tags: