Kedatangan Wisatawan Meningkat, Akhir 2015 Jadi Lahan Basah Emiten Hotel?

Bareksa • 01 Dec 2015

an image
Wisatawan sedang melihat Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru, Jawa Timur. (Bareksa/Alfin Tofler)

Kenaikan kunjungan tetap terjadi walau ada bencana kabut asap di sebagian besar wilayah di Indonesia.

Bareksa.com - Emiten perhotelan sepertinya akan meraup keuntungan lebih baik pada akhir 2015. Penyebabnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat penghunian hotel pada Oktober sudah mulai meningkat. Selain itu juga berdasarkan data historikal, setiap akhir tahun selalu ada kenaikan kunjungan wisatawan dan tingkat penghunian hotel.

Berdasarkan data BPS, tingkat hunian di 27 provinsi  di Indonesia mencapai 2,31 poin dibandingkan dengan tingkat hunian pada Oktober 2014.

"Tingkat hunian Oktober 2015 mencapai 56,60 persen, sedangkan pada Oktober 2014 mencapai 54,29 persen," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo di Jakarta (Selasa, 1/12)

Jika dibandingkan dengan tingkat hunian pada September 2015, tingkat hunian juga naik dari 56,26 persen atau 0,34 poin. Sasmito mengatakan angka ini merupakan sinyal positif bagi pariwisata di Indonesia.

Pasalnya, tingkat okupansi tetap mengalami kenaikan walaupun sebagian besar daerah terkena musibah kabut asap. Tingkat okupansi hotel bahkan bisa lebih tinggi dibanding periode 2014.

Kenaikan tingkat okupansi ini, menurut dia, juga didukung oleh naiknya tingkat wisatawan yang datang ke Tanah Air. Sepanjang Januari - Oktober 2015 tercatat ada 8,02 juta kunjungan wisatawan mancanegara atau naik 3,38 persen.

Untuk Oktober saja kunjungan wisatawan asing mencapai 825,8 ribu atau naik 2,11 persen dibanding Oktober 2014. Namun, jika dibandingkan dengan September 2014 ada penurunan jumlah wisatawan asing sebesar 4,99 persen.

"Penyebabnya ada penurunan jumlah wisatawan asing yang datang dari Singapura. Singapura merupakan salah satu negara dengan kunjungan terbanyak ke Indonesia. Ini seiring bencana asap yang terjadi pada Oktober," katanya.

Sasmito mengungkapkan pada Desember tingkat okupansi memang cenderung tinggi. Dari data historikalnya, hanya  Desember 2014 saja yang mencatatkan tingkat keterisian rendah.

Desember 2014 tingkat hunian hanya mencapai 50,13 persen. Pada Desember 2012 tingkat keterisian mencapai 55,85 persen dan 55,91 persen pada 2013.

Untuk kunjungan wisatawan, diharapkan pada Desember tingkat kunjungan wisatawan bisa menyamai atau melebihi capaian 2014. Pada Desember 2014 kunjungan wisatawan bisa mencapai 900 juta orang dalam satu bulan.

"Kami harapkan akan ada lonjakan sampai 900 juta orang lagi atau bahkan sampai satu juta," katanya.

Berdasarkan pintu masuk, peningkatan wisatawan asing hanya terjadi di tiga bandara besar, yakni Bandara Internasional Lombok, Bandara Internasional Soekarno Hatta dan juga Bandara Ngurah Rai. Di Lombok ada kenaikan wisman yang masuk hingga 36,43 persen, Jakarta sebesar 11,40 persen dan Bali sebesar 8,12 persen.

Emiten-emiten yang akan terdampak dari banyaknya wisatawan yang masuk ini adalah PT Bayu Buana Tbk (BAYU), PT Bukit Uluwatu Villa Tbk(BUVA), PT Hotel Mandarine Regency Tbk(HOME), PT Saraswati Griya Lestari Tbk(HOTL), PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON), PT Jakarta International Hotel & Development Tbk (JIDH) dan PT Hotel Sahid jaya International Tbk (SHID).