Bareksa.com - Naiknya suplai kantor ditengah melemahnya ekonomi Indonesia membuat pertumbuhan tingkat hunian tingkat gedung perkantoran pada kuartal ketiga 2015 terus mengalami penurunan.
Tingkat keterisian gedung perkantoran di area Central Business District pada kuartal ketiga 2015 turun satu persen dari 93,7 persen menjadi 92,7 persen.
Jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu penurunan telah mencapai 2,7 persen dari 95,4 persen. Sedangkan diluar area CBD penurunan tingkat okupansi gedung perkantoran tidak selebar di area CBD.
Sementara tingkat keterisian di kuartal ketiga area non CBD hanya turun 0,5 persen menjadi 91,2 persen. Sedangkan jika dibandingkan tahun lalu penurunannya mencapai 0,8 persen.
Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, mengungkapkan penurunan, khususnya di perkantoran area CBD, terjadi karena rendahnya performa gedung-gedung yang baru beroperasi.
"Jika dibandingkan dalam data, gedung dengan grade A jatuh lebih dalam daripada kelas lainnya," katanya saat dihubungi Bareksa.com.
Tingkat Keterisian Perkantoran
Hal ini juga didukung oleh melemahnya perekonomian dunia dan Indonesia. Kondisi seperti ini membuat sebagian penyewa ingin mengurangi biaya operasional.
Para penyewa akan menghadapi kendala apakah bertahan di gedung tersebut atau melakukan relokasi dan pindah ke gedung yang gradenya lebih rendah.
Colliers, menurut Ferry, memperkirakan tingkat okupansi gedung perkantoran akan terus melemah hingga tahun 2018. Pasalnya akan semakin banyak pasokan di pasar perkantoran namun tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah.
"Dalam periode 2015-2018 akan ada pasokan baru gedung perkantoran hingag 540 ribu meter persegi," ujarnya.
Pada saat bersamaan pertumbuhan GDP akan berada di angka 5,6-5,8 persen. Dengan penghitungan demikian hanya diperlikan supply 280 ribu meter persegi sampai 2018.
"Dengan adanya supply yang besar kita memperkirakan tingkat hunian akan semakin turun hingga 80 persen di tahun 2018," katanya. (np)