Bareksa.com – Rencana pembelian 76 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) oleh Arifin Panigoro seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli beberapa waktu lalu, sontak membuat investor mengaitkan dengan keuangan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Pasalnya nilai pembelian NNT mencapai US$2,2 miliar atau sekitar Rp30,4 triliun (asumsi 1 US$ = Rp13.800). (Baca juga : Dilepas kepada Arifin Panigoro. Ini Kontribusi NNT Terhadap Induk Perusahaannya)
Baik MEDC maupun Newmont belum memberi kepastian terhadap rencana transaksi akuisisi ini. MEDC sendiri sebagai perusahaan publik harus melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk melakukan aksi korporasi yang sangat material tersebut. Bila transaksi itu terjadi, apakah kemampuan keuangan MEDC memadai?
Jika melihat berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2015, total aset MEDC tercatat US$ 2.598,3 juta atau setara Rp35,9 triliun. Jumlah ini hampir sama dengan nilai pembelian 76 persen saham Newmont Nusa Tenggara yang sebesar Rp30,4 triliun.
Menggunakan skenario pendanaan eksternal, maka MEDC harus memperoleh tambahan suntikan modal jika ingin mempertahankan rasio kesehatan perusahaan. Total utang jangka panjang yang tercatat per September 2015 sekitar US$ 1.274 juta atau setara Rp17,6 triliun. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity/DER) MEDC saat ini tercatat 1,5x atau meningkat dari 2010 sebesar 1,2x.
Sejak 2010, rasio DER tertinggi berada di level 1,6x, yaitu pada 2012. Guna menurunkan rasio utang agar lebih sehat dalam melakukan ekspansi, pada 2013, MEDC menambah suntikan modal melalui right issue. Hasilnya DER turun menjadi 1,4x.
Menilik data historikal, maka bukan hal yang nyaman bagi MEDC membiayai proyek Newmont dengan utang. Asumsi ekuitas tetap Rp18,3 triliun dan utang bertambah menjadi sekitar Rp48 triliun (Rp30,4 triliun ditambah Rp17,6 triliun), maka DER akan melonjak menjadi 2,6 kali. Angka ini melebihi nilai tertinggi yang terjadi pada 2012.
Sumber : MEDC, Bareksa.com
Meningkatnya rasio utang tentu akan menambah beban dari segi profitabilitas. MEDC saja sudah tercatat membukukan kerugian US$40,3 juta atau sekitar Rp556 miliar sepanjang Januari - September 2015. Merosotnya harga minyak dunia menjadi faktor utama turunnya kinerja laba MEDC.
Hal ini memperbesar kemungkinan MEDC kembali meminta modal dari investor jika akuisisi NNT terlaksana. (np)
Grafik Pendapatan dan Laba Bersih MEDC (US$ juta)
Sumber : MEDC, Bareksa.com