Berita / / Artikel

Penerbitan DIRE : Siapa Emiten Paling Tinggi Recurring EBITDA Marjinnya?

• 13 Nov 2015

an image
Foto udara Lanskap gedung perkantoran dan apartemen (rumah susun vertikal) menggunakan Helikopter Super Puma NAS-332 milik Skuadron 45 TNI AU di salah satu sudut kota Jakarta, Kamis (18/6). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf

Beberapa emiten properti dengan porsi pendapatan berkala (recurring income) cukup besar sudah menyatakan minatnya

Bareksa.com - Kemarin (Rabu, 11/11) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) mengenai kontrak investasi kolektif dana investasi real estate (DIRE) telah ditanda tangani oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. PMK ini nantinya mengatur keringanan perpajakan sesuai paket kebijakan ekonomi tahap V. Meskipun PMK sudah diterbitkan, tapi sebagian perusahaan masih menunggu detail teknis pelaksanaan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pajak yang berlaku pada DIRE saat ini mencapai 20 persen dengan rincian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10 persen, Pajak Penghasilan (PPh) 4 ayat 2 sebesar 5 persen dan Biaya Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangungan (BPHTB) 5 persen. Selain itu, di tingkat individu, dikenakan pajak dividen 10 persen. Berita yang beredar belakangan ini menyebutkan peniadaan PPN, PPh 4 ayat 2 serta dividen, tetapi BPHTB tidak disebutkan berkurang. Namun, pengurangan 15 persen saja sudah cukup dapat menarik minat perusahaan properti dan investor.

Beberapa emiten properti dengan porsi pendapatan berkala (recurring income) yang cukup besar sudah menyatakan minatnya terhadap DIRE. Misalnya PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang membatalkan penawaran perdana anak usahanya lantaran rencana pemerintah menghapus pajak berganda, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). (Baca juga : Minati Kebijakan DIRE Pemerintah, Pakuwon Tunggu Detail Aturan)

Grafik Porsi Recurring Income

Sumber : Perusahaan, Bareksa

Selain porsi recurring income yang besar, dalam laporan risetnya kepada nasabah CIMB menyebutkan EBITDA margin tinggi pada recurring income juga penting untuk diperhatikan. Properti dengan tingkat okupansi tinggi dan harga sewa di atas rata-rata akan memberi tingkat keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan properti baru dengan tingkat okupansi rendah dan terkadang memberikan promosi harga sewa.

PWON tercatat memiliki recurring EBITDA margin paling besar sekitar 58 persen karena tingkat okupansi tinggi dan juga lokasi strategis sehingga harga sewa dapat lebih tinggi. Adapun recurring EBITDA margin SMRA hanya 35 persen karena mal di Serpong dan Bekasi yang belum terlalu lama beroperasi. 

Grafik Recurring EBITDA Margin

Sumber : CIMB, Bareksa

Tags: