Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Konsumsi Semen Nasional
Asosiasi Semen Indonesia menyatakan konsumsi semen nasional pada Oktober 2015 mencapai 6,37 juta ton melonjak 10,7 persen bila dibandingkan dengan Oktober tahun lalu. Kenaikan konsumsi ini diprediksi berlanjut sehingga produsen harus meningkatkan produksi. Lonjakan konsumsi semen pada bulan lalu menjadikan pertumbuhan penjualan periode Januari - Oktober 2015 mencapai 49,5 juta ton atau naik 1,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 48,75 juta ton.
Semua daerah menunjukkan peningkatan luar biasa, kecuali Kalimantan. Hal ini karena bergulirnya realisasi anggaran pemerintah untuk infrastruktur, pembangunan sejuta rumah serta anggaran pembangunan pemerintah daerah. Selain itu, pembangunan sejumlah fasilitas pemurnian hasil tambang, yakni smelter serta pembangkit listrik juga berkontribusi besar dalam peningkatan konsumsi semen.
PT PP Properti Tbk (PPRO)
PPRO akan menerbitkan surat utang dengan total nilai mencapai Rp1,3 triliun untuk mendanai kebutuhan akuisisi lahan dan belanja modal tahun depan. Direktur PP Properti (PPRO) Indaryanto mengatakan surat utang senilai Rp300 miliar akan diterbitkan dalam bentuk medium term notes (MTN) pada akhir tahun ini. Seluruh dana yang diperoleh itu bakal digunakan untuk proses akuisisi lahan. Dia memperkirakan suku bunga berkisar 10,5 - 11,5 persen.
Lalu, anak usaha PT PP Tbk itu bakal menerbitkan obligasi sekitar Rp1 triliun dengan tenor antara 3 - 5 tahun. PPRO belum memutuskan akan menerbitkan obligasi tersebut dalam format penawaran umum berkelanjutan atau tidak. Pada tahun depan, PPRO menghitung terdapat kebutuhan dana untuk belanja modal (capital expenditure/capex) hingga Rp1,25 triliun. Jumlah tersebut 65,3 persen lebih tinggi dari anggaran capex tahun ini sebesar Rp756 miliar. Sebagian besar dana itu akan digunakan untuk akuisisi lahan.
PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE)
BSDE berpotensi kehilangan marketing sales senilai Rp800 miliar seiring dengan ditundanya peluncuran tiga proyek baru 2015. Perusahaan properti ini sebelumnya berniat meluncurkan apartemen The Element Rasuna di Kuningan, Jakarta, apartemen Taman Permata Buana di Jakarta Barat, perumahan di Samarinda, Kalimantan Timur, dan mixed-use development di Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Namun, di tengah lesunya pasar karena kondisi ekonomi tidak mendukung perseroan akhirnya memutuskan untuk menunda peluncuran tiga proyek terakhir.
Proyek The Elements tahap pertama masih menunggu waktu yang tepat untuk diluncurkan. Direktur Bumi Serpong Damai (BSDE) Hermawan Wijaya mengakui penundaan itu bakal berpengaruh terhadap perolehan pendapatan prapenjualan. Hermawan menerangkan penjualan residensial masih sesuai dengan proyeksi. Akan tetapi, penjualan proyek komersial termasuk apartemen mengalami perlambatan.
Opsi Pendanaan BUMN
Kementerian BUMN mempertimbangkan kemungkinan penawaran saham baru tanpa penyertaan modal negara sehingga berpotensi mendilusi kepemilikan saham negara pada perusahaan pelat merah. Pemerintah tengah mempertimbangkan sejumlah kemungkinan terkait pembiayaan kepada BUMN setelah usulan penyertaan modal negara (PMN) tidak disetujui oleh pemerintah dan DPR dalam APBN 2016.
Salah satu kemungkinan bagi emiten BUMN adalah penerbitan saham baru alias rights issue. Sejumlah emiten BUMN sebelumnya diusulkan memperoleh PMN dalam Rancangan APBN 2016, yaitu PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Rp1,5 triliun, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk Rp4 triliun, PT Jasa Marga (Persero) Tbk Rp1,25 triliun dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk Rp2,25 triliun. Untuk menambah modal perusahaan, emiten BUMN perlu menerbitkan saham baru.
PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)
SMBR menjajaki pinjaman senilai Rp1,5 triliun dari salah satu bank BUMN untuk keperluan pembangunan pabrik semen Baturaja II pada 2016. Direktur Utama Semen Baturaja Pamudji Rahardjo memaparkan pinjaman tersebut untuk melengkapi sumber pendanaan selain dari hasil penawaran saham perdana (IPO) dan kas internal.
Nilai investasi pabrik semen Baturaja II tersebut diperkirakan mencapai Rp3,24 triliun. Emiten semen pelat merah itu berencana menggunakan dana hasil IPO senilai Rp1,2 triliun dan dana sendiri. Secara keseluruhan, belanja modal perseroan pada tahun depan mencapai Rp2,4 triliun. Pamudji memaparkan posisi kas setara kas milik perseroan mencapai Rp1,65 triliun pada September 2015 atau turun dibandingkan dengan Rp1,87 triliun pada periode yang sama 2014. Penurunan kas itu karena perseroan menggunakannya untuk pembangunan pabrik Baturaja II.
PT Global Mediacom Tbk (BMTR)
BMTR mengurangi ekspansi. Tahun depan, BMTR ini menganggarkan belanja modal US$ 20 juta, lebih rendah ketimbang US$ 40 juta pada tahun ini karena tahun depan sudah tidak membangun gedung lagi, ungkap Direktur Keuangan BMTR Oerianto Guyandi. Pembangunan gedung perkantoran memakan 60 persen investasi BMTR tahun ini. Tahun depan capex BMTR akan mengalir ke media berbasis iklan dan konten. Capex ini tidak termasuk untuk media berbasis pelanggan, yakni PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) dan PT MNC Kabel Mediakom
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
BBRI berencana mengakuisisi perusahaan pembiayaan dan sekuritas. BRI menyiapkan belanja modal sebesar Rp 4 - 5 triliun tahun depan, sebagian untuk membiayai akuisisi itu. BRI berniat mengakuisisi seluruh saham BTMU-BRI Finance, yang saat ini hanya dimiliki 45 persen. Sisa 55 persen saham multifinance itu dipegang oleh Bank of Tokyo Mitsubshi UFJ dan sedang dikaji BRI untuk diakuisisi. BRI juga masih mengantongi rencana pembelian Asuransi Jiwa Bringin Life setelah meneken conditional sale and purchase agreement (CSPA) dengan Dana Pensiun BRI, pemegang saham mayoritas dan kini tinggal menunggu restu Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tak mau kalah, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) akan mengakuisisi bank dan perusahaan asuransi pada 2016. Selain melengkapi anak usaha di bidang keuangan, akuisisi juga untuk melengkapi portofolio bisnis BNI di segmen ritel dan konsumer. BNI memasukkan rencana ini di rencana bisnis bank 2016. BNI kini sedang mengkaji besaran dana investasi untuk akuisisi. Berbagai opsi disiapkan, termasuk revaluasi aset yang bisa dimanfaatkan untuk pertumbuhan anorganik.