Bareksa.com - Tertundanya rencana Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) membuat perseroan harus memutar otak untuk mendanai pembangunan sejumlah proyek pada 2016. Rencananya, WIKA akan melepas sebagian saham pemerintah melalui skema private placement.
Sampai dengan 30 September 2015, pemerintah memiliki 65,049 persen saham WIKA. Direktur Keuangan Wijaya Karya Adji Firmanto saat menggelar public expose (Senin, 9/11) mengatakan berdasarkan pertemuan antara perseroan dengan Kementerian BUMN jumlah saham pemerintah diputuskan tidak boleh kurang dari 55 persen. Artinya, WIKA berpeluang untuk melakukan penawaran umum terbatas dengan menurunkan kepemilikan pemerintah sekitar 10,05%.
"Ada beberapa rencana yang disiapkan. Kalau yang dilepas sekitar 6,1 persen saham, jumlah dana yang bisa diperoleh Rp1,7 triliun. Jika seluruhnya dilepas sekitar Rp2,8 triliun. Dengan catatan harga saham tersebut Rp2.800 per lembar," katanya. Hari ini (Selasa, 10/11) sampai penutupan sesi I harga saham WIKA masih berada di kisaran Rp2.780 per saham.
Jika sekenario private placement ini terlaksana dan sesuai target, maka ekuitas perseroan berpotensi naik menjadi Rp6,78 triliun. Sementara jika PMN disetujui, maka perseroan berpotensi mendapat dana segar jauh lebih besar sekitar Rp6,1 triliun. Rinciannya dari pemerintah sebesar Rp4 triliun dan sisanya publik sebesar Rp2,1 triliun.
Grafik: Perubahan Ekuitas & Rasio Utang WIKA
sumber: Laporan keuangan WIKA, diolah Bareksa
Dengan private placement, rasio utang berkurang menjadi 1,78 kali. Dengan menggunakan asumsi DER tetap 3 kali, maka private placement berpotensi memberi ruang bagi WIKA untuk menambah utang sebesar Rp20,34 triliun. Sementara jika mendapat PMN, rasio utang bisa ditekan lebih dalam sampai 1,20 kali. Dengan asumsi DER tetap 3 kali, maka perseroan bisa menambah utang lebih besar sekitar Rp30,24 triliun.
Rencananya tahun depan WIKA akan mengerjakan pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung senilai Rp1,6 triliun, PLTU Banten senilai Rp5,6 triliun, PLTU Aceh Rp 4 triliun, serta beberapa proyek tol. Total nilai investasi yang dibutuhkan perseroan tahun depan berkisar Rp13,3 triliun. (Baca juga: PMN WIKA Rp4 Triliun Bukan untuk Garap Kereta Cepat. Untuk Proyek Mana Saja?)