Dibanjiri Insentif, Ini Yang Buat Saham Jababeka (KIJA) Jadi Fokus Investor

Bareksa • 06 Nov 2015

an image
Presiden Joko Widodo melihat maket pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Lesung, di Desa Tanjung Jaya, Pandeglang, Banten, Senin (23/2). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Paket kebijakan pemerintah jilid VI menguntungkan KIJA sebagai pengembang dua Kawasan Ekonomi Khusus

Bareksa.com - PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) menjadi fokus investor setelah pemerintah menyebutkan insentif terhadap investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). (Baca juga : Paket Kebijakan Ekonomi VI : Pemerintah Beri Insentif Pajak di KEK).

Pasalnya KIJA mengelola dua KEK yaitu KEK Tanjung Lesung yang berlokasi di Banten dan KEK Morotai di Maluku. KEK Tanjung Lesung seluas 1500 ha diakuisisi oleh KIJA di tahun 2011 melalui anak usahanya PT Banten West Java Tourism Development (BWJ) dan PT Tanjung Lesung Leisure Industry (TLLI) seharga Rp 1,5 triliun.

Dari penelusuran Bareksa, Tanjung Lesung nantinya akan dikembangkan menjadi kota mandiri berbasis industri pariwisata.Sementara KEK Morotai lebih berbasis indusri perikanan, bisnis dan logistik. Namun akuisisi lahan di KEK Morotai sementara ini belum sepenuhnya selesai. Dari target akusisi lahan 1.101 ha, lahan yang dibebaskan baru 300 ha.

Saat ini porsi pendapatan KIJA dari bidang pariwisata di kedua KEK tergolong masih sangat kecil. Pendapatan KIJA saat ini didominasi oleh perolehan dari Kawasan Industri Jababeka di Cikarang sebesar 99 persen. Per September 2015, jumlah pendapatan di dua KEK juga menurun. Pendapatan pariwisata di Tanjung Lesung menurun 22 persen sedangkan di Morotai turun 40 persen. Oleh karena itu, insentif paket kebijakan pemerintah jilid VI akan sangat membantu.  

Grafik Porsi Pendapatan KIJA Berdasarkan Geografis

Sumber : Perusahaan, Bareksa diolah

Grafik Porsi Pendapatan Kawasan Ekonomi Khusus KIJA (Rp miliar)

Sumber : Perusahaan, Bareksa diolah

Selain insentif pajak, dalam paket deregulasi kebijakan jilid VI juga terdapat aturan orang asing apat memiliki properti di KEK serta diberikan kemudahan visa bagi turis dan izin tinggal.

Tentunya kebijakan ini positif bagi KIJA karena jika proyek Tanjung Lesung selesai, KIJA diproyeksi bisa mendapat keuntungan hingga Rp 16,5 triliun dari selisih harga tanah seperti diungkapkan Direktur Utama BWJ Hyanto Wihadhi dalam situs perusahaan. "Luas lahan seluruhnya mencapai 1.500 ha, tapi itu gross. Bersihnya sekitar 30% atau 900 ha. Lalu dikali rata-rata harga jual tanah Rp 1,5-2 juta. Jadi sekitar Rp 18 triliun. Tapi itu baru dari penjualan tanah, belum lainnya,”. Sementara itu, untuk akuisisi lahan Tannjung Lesung, KIJA hanya mengeluarkan Rp 1,5 triliun.

Selain dari penjualan tanah, perseroan juga mengharapkan penjualan dari unit properti termasuk housing dan vilatel. Vila di KEK Tanjung Lesung dipasarkan dengan harga Rp 2-4 miliar per unit. Hingga kini, setiap tahunnya, KEK Tanjung Lesung mampu mendatangkan sekitar 250 ribu wisatawan.

Respon Positif dari Pasar Saham

Pasar saham juga merespon positif atas paket kebijakan ini. Harga saham KIJA telah naik 20 persen dalam 5 hari. Bahkan di tanggal 4 November 2015 lalu, dalam satu hari, harga saham KIJA naik 14,4 persen sedangkan pada perdagangan hari ini, harga saham KIJA naik 2 persen ke harga Rp 240 per saham.

Grafik Intraday Saham KIJA

Sumber : Bareksa