PMN 2016 Ditolak DPR, Waskita Jadi Kontraktor BUMN Terkuat

Bareksa • 03 Nov 2015

an image
Warga menggunakan perahu melintas di kawasan konstruksi proyek jembatan Merah Putih atau jembatan Marthafons di kota Ambon, Maluku, Rabu (6/5). Pembangunan infrastruktur Jembatan 1.060 meter yang membentang di atas Teluk Dalam Ambon itu menghabiskan anggaran Rp416,75 miliar dari APBN. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Modal (ekuitas) Waskita dua kali lipat dari perusahaan konstruksi BUMN lain

Bareksa.com - Penundaan kucuran Penyertaan Modal Negara (PMN) 2016 kepada sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atas permintaan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tampaknya akan membuat PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) menjadi kontraktor BUMN dengan modal terkuat. Pasalnya, PMN melalui skema rights issue yang terlaksana Juli 2015 membuat ekuitas Waskita unggul dua kali lipat dari Kontraktor BUMN lainnya.

Sebagaimana diketahui, penolakan DPR atas PMN tahun 2016 membuat dua kontraktor BUMN yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) dan PT PP (Persero) Tbk terancam tidak mendapatkan "jatah" tambahan modal dari pemerintah. Sementara Waskita sudah mendapat suntikan senilai Rp3,5 triliun dari pemerintah serta Rp1,8 triliun dari publik melalui skema rights issue pada bulan Juli lalu. (Baca juga: PMN Ditolak DPR, Harga Saham Wijaya Karya, Wika Beton & PT PP Melorot)

Pasca melaksanakan rights issue, total dana yang diterima Waskita mencapai Rp5,3 triliun. Dana jumbo tersebut meningkatkan nilai ekuitas WSKT dua kali lipat menjadi Rp8,4 triliun dari sebelumnya Rp2,7 triliun. Bahkan nilai ekuitas yang dimiliki Waskita kini sudah mencapai dua kali lipat dari perusahaan kontraktor lainnya.

Bagi perusahaan kontraktor, kekuatan modal sangat krusial karena setelah memenangkan kontrak, perusahaan perlu mendanai sebagian nilai proyek dengan modal sendiri sebelum dibayar secara penuh oleh pemberi kerja/pemilik proyek.

Contohnya proyek kereta ringan (LRT) Palembang yang akan dikerjakan Waskita. Melalui Peraturan Presiden Nomor 116 tahun 2015 mengenai Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan (LRT) di Provinsi Sumatera Selatan, Waskita ditunjuk sebagai kontraktor yang membangun proyek senilai Rp7 triliun tersebut.

Pemerintah baru melakukan pembayaran atas pengalihan prasarana untuk setiap tahapan pembangunan yang telah selesai dibangun oleh Waskita. Sehingga, jika Waskita tidak memiliki modal mumpuni maka perseroan tidak bisa mengerjakan proyek tersebut.

Grafik: Ekuitas Perusahaan Kontraktor BUMN


sumber: Laporan keuangan

Berdasarkan hitung-hitungan yang dilakukan Bareksa, dengan tambahan modal tersebut Waskita memiliki kemampuan untuk mengerjakan kontrak sampai dengan Rp66 triliun, atau dua kali lipat dari kontrak 2014. (baca juga: Dapat Suntikan Modal "Jumbo" Ini Analisis Potensi Kenaikan Kontrak Waskita)

Grafik: Kontrak Waskita Periode 2011-2015 (Proyeksi)


sumber: Laporan Keuangan

Tambahan kekuatan modal yang diterima Waskita juga sudah terbukti meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengambil alih sejumlah proyek strategis. Selain ditunjuk sebagai kontraktor yang mengerjakan LRT Palembang, Waskita tahun ini juga berhasil mengambil alih sejumlah proyek tol mangkrak.

Waskita mengambil alih beberapa ruas tol Trans Jawa di antaranya Solo-Kertosono dan Pejagan-Pemalang. Kabarnya, Waskita juga sedang bersiap untuk mengambil alih tol Pemalang-Batang sepanjang 75 km yang akan menyambung seluruh ruas tol Trans Jawa. Selain itu, Waskita juga sudah mengambil alih konsesi ruas tol Cimanggis-Cibitung sepanjang 25,39 km yang sebelumnya dipegang oleh Grup Bakrie.