Bareksa.com - Perusahaan kelapa sawit asal Malaysia Felda Global Ventures (FGV) mengumumkan perpanjangan waktu untuk melakukan uji kelayakan (due diligence) dalam rangka akuisisi saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) dari Grup Rajawali. Harga saham BWPT semakin terpuruk di tengah ketidakpastian aksi korporasi yang rencananya bernilai $680 juta itu.
CEO FGV Dato’ Mohd Emir Mavani Abdullah mengatakan due diligence untuk rencana akuisisi tersebut akan diperpanjang hingga 30 November 2015. Padahal, sebelumnya transaksi tersebut ditargetkan rampung pada bulan ini.
"Kami terus melanjutkan untuk menyelesaikan rencana akuisisi untuk memastikan keuntungan merata bagi semua pemegang saham kami dan pemangku kepentingan. Pengumuman resmi akan dibuat untuk memberi informasi terkini sesuai dengan persyaratan regulator dan praktik pengelolaan perusahaan," katanya dalam pengumuman di situs resmi FGV, Jumat (30/10).
FGV akan mengakuisisi 37 persen saham BWPT dari Rajawali Corpora yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh. Transaksi dengan uang tunai dan tukar guling saham tersebut bernilai $680 juta atau Rp9 triliun setara dengan Rp765 per saham. Transaksi ini jauh di atas harga pasar.
Meskipun harga penawaran dalam akuisisi itu jauh lebih tinggi daripada harga di pasar, saham BWPT terus menurun hingga kini. Harga saham BWPT sempat menyentuh Rp450 setelah rencana akuisisi diumumkan pada 12 Juni 2015. Akan tetapi nilainya malah merosot 47,3 persen dalam empat bulan menjadi hanya Rp237 pada penutupan perdagangan kemarin (Kamis, 29 Oktober 2015). Perpanjangan masa uji kelayakan ini pun menambah ketidakpastian penyelesaian transaksi di Grup Rajawali itu.
Sebelumnya dikabarkan ganjalan transaksi datang dari sang mitra di Malaysia, yang merupakan anak usaha dari The Federal Land Development Authority (FELDA), sebuah kooperasi petani yang dulunya mendapat jatah lahan dari pemerintah. Mentor dari Felda adalah Perdana Menteri Najib Razak, yang saat ini sedang terlibat skandal pencucian uang bernilai setara Rp148 triliun.
Rencana akuisisi BWPT oleh Felda pun banyak ditentang karena dianggap merugikan entitas milik negara Malaysia itu. Pasalnya, transaksi itu memberi harga saham BWPT senilai Rp765 per lembar, tiga kali lipat lebih tinggi dari harga pasar sekarang di kisaran Rp207. Di sisi lain, BWPT sendiri juga tengah menghadapi himpitan keuangan karena harus segera membayar obligasi jatuh tempo November senilai Rp700 miliar. Padahal, arus kas perseroan masih tercatat negatif, sehingga berat untuk menyelesaikan pembayaran obligasi atau mencari pendanaan baru (refinancing).