MARKET FLASH: ANTM Potensi Raih Pinjaman US$1,5M; 23 BUMN Dapat Tambahan Modal

Bareksa • 07 Oct 2015

an image
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kiri) dan Menteri BUMN Rini M Soemarrno (tengah) saling bertumpu tangan dengan (dari ki-ka) Direktur Utama Wijaya Karya (WIKA) Bintang Perbowo, Direktur Pengelolaan Pertamina Rachmad Hardadi dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto saat penandatanganan MoU Pertamina dan WIKA di Jakarta. ANTARA FOTO/Teresia M

CTRA dapat pinjaman sindikasi Rp200 miliar; Astratel belum mundur tawar META

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Ciputra Development Tbk (CTRA) 

CTRA mendapatkan utang perbankan senilai Rp 200 miliar. Pendanaan itu diperoleh setelah CTRA resmi membatalkan rencana penawaran umum perdana (IPO) anak usahanya, yakni PT Ciputra Residence. CTRA memperoleh pendanaan lewat sindikasi pinjaman Bank Mandiri senilai Rp 200 miliar. Dana tersebut sudah cukup membiayai ekspansi perseroan hingga akhir tahun ini, ujar Tulus Santoso, Direktur dan Sekretaris Perusahaan CTRA. 

Sebelumnya, CTRA menjajaki pendanaan melalui pinjaman bank dan obligasi senilai Rp 500 miliar pada tahun ini untuk melanjutkan ekspansi. Namun, perseroan ini lebih memilih pinjaman bank dan sisa pendanaan senilai Rp 300 miliar akan dicari pada tahun depan. CTRA akan memakai utang bank untuk akuisisi lahan dan investasi properti. Tahun ini, kelompok usaha milik taipan Ciputra itu berniat mengakuisisi lahan seluas 100 hektare (ha) dan meluncurkan 10 proyek baru.

Penyertaan Modal BUMN

Komisi VI DPR akhirnya menyepakati usulan Kementerian BUMN terkait penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp34,32 triliun dalam Rancangan APBN 2016 dengan sejumlah perubahan dari usulan awal. BUMN paling besar yang mendapat PMN adalah PT PLN senilai Rp10 triliun, diikuti PT Wijaya Karya Tbk. senilai Rp4 triliun, dan PT Hutama Karya (Persero) Rp3 triliun.

Secara keseluruhan, ada 23 BUMN dari berbagai sektor seperti infrastruktur, konstruksi, pangan, industri dasar, dan energi yang mendapat persetujuan oleh Komisi VI untuk mendapat PMN tunai dan PMN non-tunai. Hanya ada dua BUMN yang tidak disetujui oleh Komisi VI mendapat PMN antara lain PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) sebesar Rp500 miliar dan PT Sang Hyang Seri (Persero) senilai Rp250 miliar. 

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 

ANTM berpotensi mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk menggarap proyek Smelter Grade Alumina senilai US$1,5 miliar atau sekitar Rp21 triliun dalam waktu dekat. Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan pinjaman tersebut sedang diproses. Mengingat produk pertambangan seperti bauksit tidak dapat lagi diekspor, maka mineral tersebut harus diproses menjadi bahan setengah jadi, yaitu grade alumina. Produk ini nantinya dimanfaatkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Sebelumnya, Kementerian BUMN dan CDB menekan nota kesepahaman pinjaman. Dalam dokumen nota kesepahaman disebutkan perkiraan kebutuhan pembiayaan dari CDB untuk emiten tambang itu mencapai US$1,36  - 1,44 miliar untuk proyek grade alumina senilai US$1,7 miliarUS$1,8 miliar.

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)

META masih menjadi rebutan antara PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dan PT Astratel Nusantara, setelah kedua perusahaan secara resmi mengajukan penawaran pada bulan lalu. Kedua perusahaan memperebutkan 43,32 persen saham Nusantara Infrastructure (META). Jumlah itu terdiri atas 22,32 persen saham Eagle Infrastructure dan 21 persen saham PT Hijau Makmur Sejahtera (HMS) yang merupakan anak usaha Rajawali Corpora. Adapun, porsi saham publik sekitar 42,47 persen. 

Presiden Direktur SSIA Johannes Suriadjaja mengatakan telah memasukkan penawaran pada bulan lalu, meski belum bersedia menyebutkan harga yang diajukan. Dihubungi terpisah, Direktur Astratel Arya N. Soemali membantah kabar Astratel mundur dari tender tersebut dan menyatakan perseroan masih berminat. 

PT Semen Baturaja Tbk (SMBR)

Meski penjualan semen tumbuh tinggi dalam dua bulan terakhir, SMBR memangkas target penjualan menjadi lebih realistis. Sekretaris Perusahaan SMBR Zulkifli Subri mengatakan SMBR menurunkan target penjualan semen menjadi 1,5 juta ton tahun ini karena permintaan secara nasional sedang turun. Semula SMBR menargetkan penjualan sekitar 1,75 juta ton atau bertumbuh 39 persen secara year on year.

Pada September lalu, SMBR menjual 162.466 ton semen, naik 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan semen SMBR mencapai 1,09 juta ton. Realisasi, ini naik 27 persen dibandingkan periode yang sama 2014.