MARKET FLASH: India Akan Turunkan Bunga Acuan?, BUMI Segera Bayar Utang

Bareksa • 29 Sep 2015

an image
Miners climb a conveyer belt carrying coal outside an unregulated coal mine in Sabinas (REUTERS/Daniel Becerril)

Bursa dorong perusahaan listing di luar untuk masuk pasar Indonesia; SMRA tunjuk 3 underwriter IPO anak usaha

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

Proyeksi India Turunkan Bunga Acuan

42 dari 52 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan Bank Sentral India akan menurunkan suku bunga acuan menjadi 7 persen dari sebelumnya 7,25 persen guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Tekanan untuk mengejar target inflasi juga pertumbuhan pada akhir tahun ini mendorong pemerintah India untuk mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga.

Sementara 10 ekonom lainnya masih memproyeksi India tetap mempertahankan suku bunga hingga akhir tahun ini karena Bank Sentral Amerika belum juga menaikkan suku bunga.

Dual Listing

Bursa Efek Indonesia meminta pemerintah untuk memaksa 16 perusahaan yang beroperasi di Indonesia tetapi listed di luar negeri, agar melantai di bursa saham Tanah Air. Adapun, Otoritas Jasa Keuangan sudah siap memberikan usulan ke pemerintah terkait hal tersebut. Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan saat ini ada sekitar 16 perusahaan di sektor sumber daya alam yang beroperasi di Indonesia, tetapi mencatatkan diri di bursa saham luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Amerika Serikat, dan Australia.

Menurut Tito, hal tersebut sangat tidak adil, di mana sebagian besar perusahaan tersebut mengambil sumber daya di Indonesia tetapi tidak memberikan keuntungan di pasar saham Indonesia. Dia menyebutkan perusahaan-perusahaan itu termasuk Freeport, Wilmar, Newmont, dan sebagainya. Menurutnya, bursa tidak memiliki kewenangan untuk membuat aturan yang mewajibkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk bisa melantai di bursa Indonesia. Pihak BEI hanya bisa mengimbau dan meminta secara moral kerelaan perusahaan-perusahaan itu.

PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) 

META menggandeng dua perusahaan asing untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air senilai US$376 juta. Proyek ini berlokasi di Mamuju Utara, Sulawesi Barat dan dikerjakan oleh META, PT Energi Infranusantara. Kemarin, para pihak telah melakukan penandatangan Memorandum of Agreement (MoA). General Manager Corporate Affairs META Deden Rochmawaty mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan SN Power asal Norwegia dan Aboitiz Power dari Filipina. Kemitraan ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi maksimal bagi para pemegang saham. 

PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

Dalam periode tiga bulan terakhir, CPIN telah melunasi pinjaman dalam bentuk dolar Amerika Serikat sebesar US$100,2 juta. Sekretaris Perusahaan CPIN Hadijanto Kartika mengatakan perseroan memiliki utang bank jangka panjang dalam bentuk mata uang asing yang berasal dari pinjaman sindikasi sebesar US$286,6 juta. Emiten produsen pakan ternak itu senantiasa menjaga komposisi pinjaman dalam dolar AS dan rupiah pada kisaran 30 persen banding 70 persen. 

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) 

BUMI menyiapkan sejumlah skema pembayaran utang senilai lebih dari US$3,98 miliar kepada para krediturnya. Dalam proposal restrukturisasi utang yang disampaikan perseroan melalui BEI, Senin (29/8), emiten batu bara itu menawarkan cara pembayaran utang yang berbeda-beda kepada para krediturnya. Proposal ini merupakan revisi dari proposal terdahulu yang diumumkan pada 20 April 2015. Skema yang disampaikan yakni perubahan dari fasilitas pinjaman lama menjadi fasilitas baru, konversi utang menjadi saham BUMI maupun anak usahanya, pembayaran menggunakan dana dari hasil penjualan anak usaha, serta konversi ke obligasi baru.

PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

SMRA menunjuk tiga penjamin emisi yakni Deutsche Bank, CLSA Securities, dan PT Mandiri Sekuritas terkait rencana penawaran saham perdana (IPO) anak usaha PT Summarecon Investment Property. Direktur SMRA Michael Young mengatakan jumlah dananya masih harus menunggu persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terlebih dahulu. Dalam pernyataan sebelumnya, perseroan menargetkan dapat mengantongi dana segar hingga US$200 juta melalui penawaran saham perdana tersebut. Meskipun kondisi pasar belum membaik, perseroan meyakini langkah IPO tersebut dapat terlaksana dengan optimal. (np)