Bareksa.com - Sejumlah emiten ritel menutup operasional gerai demi meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya, di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat. PT Tigaraksa Satria Tbk (TGKA) menutup satu pusat distribusi, sementara PT Hero Supermarket Tbk (HERO) sudah tidak lagi mengoperasionalkan 74 gerainya.
Berdasarkan keterbukaan informasi Tigaraksa, emiten distribusi produk konsumen termasuk susu dan peralatan rumah tangga itu menutup distribution center di Klaten, Yogyakarta. "Latar belakangnya adalah untuk efisiensi dan efektifitas peng-cover-an area kerja," tulis Corporate Secretary Assistant TGKA Niken H. Chandrawati.
Emiten yang dulu pernah memiliki saham Carefour sebelum diakuisisi oleh Chairul Tanjung itu menjelaskan bahwa sejauh ini area yang dilingkupi oleh DC Klaten itu ada tiga: Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Setelah penutupan ini, tiga wilayah itu akan dipindahkan ke DC wilayah lainnya.
Area Wonogiri akan ditangani oleh DC Solo karena akses lebih mudah dan jarak lebih dekat. Demikian juga untuk area Boyolali akan ditangan oleh DC Solo. Sementara itu, area di bawah naungan DC Klaten akan dibagi menjadi dua dan di bawah tanggungan DC Jogja dan DC Solo.
"Penutupan DC tersebut secara material tidak memengaruhi harga dan investasi pemodal. Selain DC Klaten, tidak ada pusat distribusi atau gudang yang akan ditutup operasinya," tulis keterbukaan itu.
Sejauh ini, pendapatan TGKA terus tumbuh menjadi Rp4,48 triliun pada semester pertama tahun ini, dibandingkan Rp4,54 triliun pada periode sama 2014. Di saat yang sama, beban pokok juga naik menjadi Rp4,36 triliun dibandingkan sebelumnya Rp4,08 triliun.
Grafik Perbandingan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba TGKA
Sumber: Laporan keuangan TGKA
Sebelumnya, HERO yang merupakan operator untuk sejumlah merek gerai termasuk Giant, Starmart, dan Guardian juga menutup bersih 63 tokonya. Berdasarkan paparan manajemen, ada 74 toko yang tutup dan 11 toko yang baru dibuka.
Rincian dari gerai yang ditutup tersebut terdiri dari 39 gerai Starmart, 22 outlet Guadian, 10 gerai Hero, dan tiga gerai Giant. Perseroan mengaku bakal memaksimalkan efisiensi guna menekan biaya operasional. Sebelumnya, perseroan juga mengungkapkan penutupan gerai Starmart merupakan yang terbanyak karena penurunan penjualan akibat larangan pemerintah menjual minuman alkohol di minimarket.
Pendapatan bersih HERO sepanjang 6 bulan pertama tahun ini sebenarnya mengalami peningkatan 15 persen menjadi Rp7,48 triliun dibandingkan periode sama 2014. Akan tetapi, beban pokok terus naik begitu pula beban usaha perseroan. Akibatnya, pada semester pertama tahun ini HERO harus membukukan rugi Rp31,59 miliar dibandingkan laba Rp94,75 miliar pada paruh pertama 2014.
Grafik Perbandingan Pertumbuhan Pendapatan dan Laba HERO
Sumber: Laporan keuangan HERO
Manajemen HERO menjelaskan bahwa penutupan itu merupakan rasionalisasi gerai dan akan melanjutkan restrukturisasi termasuk perbaikan format toko Hero Supermarket dan melakukan rebranding untuk produk lebih premium. Selain itu, perseroan akan semakin mengefisienkan penggunaan energi, memperbaiki produktivitas pekerja dan pusat distribusi.
"Strategi komersial yang telah diadopsi untuk bisnis makanan serta kesekatan dan Kecantikan akan terus dilanjutkan pada semester kedua tahun ini. Beberapa inisiatif juga sedang dilaksanakan untuk mengurangi dampak kenaikan biaya. Kami tetap optimis untuk paruh kedua 2015," kata Presiden Direktur HERO Stephane Deutsch. (np)