Bareksa.com – Nilai tukar rupiah kembali melemah mendekati Rp14.400 per dolar AS menjelang sidang Federal Open Market Committee (FOMC) The Federal Reserve (The Fed) 16-17 September 2015. Bahkan, di pasar spot nilai tukar rupiah telah menyentuh Rp14.500 per dolar.
Tidak hanya Rupiah, pelemahan juga terjadi pada sejumlah mata uang negara lainnya di kawasan Asia Pasifik, seperti Kyat Myanmar dan Peso Filipina. Namun, Rupiah menjadi mata uang yang mengalami pelemahan terbesar.
Tabel Pergerakanan Mata Uang Negara Kawasan Asia Pasifik, 15 September 2015
Sumber: Bloomberg, Bareksa.com
Pelemahan Rupiah juga dipengaruhi oleh pemangkasan ekspektasi pertumbuhan ekonomi periode 2016 oleh Bank Indonesia menjadi 5,4 - 5,6 persen. "Bank Indonesia melihat turunnya harga komoditas pada tahun depan mencapai 16 persen. Hal ini akan menyebabkan ekspor Indonesia juga akan turun," ujar Agus Martowardjojo, Gubernur BI kepada media.
Lemahnya harga komoditas juga mengakibatkan data perdagangan Agustus hanya mencatatkan surplus $434 juta meskipun data ekspor menunjukkan pemulihan. Di sisi lain, impor Agustus meningkat 21,76 persen dari sebelumnya $10,08 miliar pada Juli lalu.
Grafik Surplus (Defisit) Neraca Perdagangan Indonesia Periode Agustus 2014-Agustus 2015
Sumber: Bloomberg, Bareksa.com
Deutsche Bank Berharap The Fed Segera Naikkan Suku Bunganya
Lamanya keputusan Gubernur The Fed Janet Yellen memutuskan kenaikan suku bunga dikhawatirkan akan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan lebih lanjut. Hal ini diungkapkan oleh laporan riset Deutsche Bank.
Deutsche Bank pun mengharapkan agar The Fed mempercepat kenaikan suku bunganya. Pasalnya, beberapa indikator seperti pasar tenaga kerja dan tingkat inflasi—meski tertahan—sudah mendekati target, sehingga bisa menjadi pertimbangan The Fed dalam menaikkan tingkat bunganya.
Grafik Level Pengangguran AS Januari 2011-Juli 2015
Sumber: Bareksa.com
“Ditahannya kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut akan mendorong kenaikan harga aset dan meningkatkan risiko atas ketidakstabilan keuangan,” tulis tim riset Deutsche Bank.
Grafik Inflasi Inti AS Periode Januari 2011-Juli 2015
Sumber: Bareksa.com