Menteri Keuangan: Pelemahan Rupiah Murni Spekulasi

Bareksa • 08 Sep 2015

an image
Menko Perekonomian Sofyan Djalil (tengah) bersama Gubernur BI Agus Martowardojo (kiri) dan Menkeu Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan usai rapat koordinasi dengan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) dalam Forum Round Table Policy Dialogue di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/8/2015). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro)

Besok, pemerintah juga akan mengumumkan paket kebijakan ekonomi

Bareksa.com - Nilai tukar rupiah masih melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan dolar terhadap mata uang sejumlah negara, termasuk Indonesia, dipengaruhi data ekonomi, seperti berkurangnya angka pengangguran di Negeri Paman Sam.

Nilai tukar rupiah hari ini (Selasa, 8 September 2015) sempat menyentuh Rp13.349 per dolar. Namun rupiah sedikit menguat menjadi Rp13.279 per dolar.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, ditemui seusai melakukan Rapat dengan Komisi XI DPR (Selasa, 8 September 2015) mengatakan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia terus berusaha menjaga rupiah.

"Hari ini semuanya berspekulasi karena AS tingkat unemployment-nya turun. Pasar berspekulasi kalau AS akan menaikkan suku bunga," katanya.

Ia melanjutkan, dalam pertemuan G20, belum ada rencana AS untuk benar-benar menaikkan suku bunga. Oleh karena itu, Bambang menilai pelemahan rupiah murni spekulasi.

Bambang menambahkan, pemerintah akan tetap menjaga kondisi ekonomi agar arus dana asing tetap masuk. Cadangan devisa juga akan dijaga di tingkat aman, setara enam bulan impor. Saat ini cadandan devisa Indonesia mencapai US$ 105,3 miliar (setara tujuh bulan impor).

"Dengan dasar itu pemerintah dan BI akan menstabilkan ekonomi melalui nilai tukar rupiah," katanya.

Paket Kebijakan Ekonomi

Besok, Rabu 9 September 2015, pemerintah rencananya akan mengumumkan paket kebijakan untuk mendorong perekonomian. Pengumumannya secara resmi akan dilakukan oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution. Namun ia mengutarakan ada tiga inti kebijakan ekonomi tersebut.

"Pertama mengenai deregulasi. Kedua mendorong inflow dolar AS, dan ketiga menjaga daya beli masyarakat," katanya.

Grafik Pergerakan Rupiah Dalam Satu Tahun