Bareksa.com - Kemarin (Senin, 7 September 2015) nilai tukar rupiah hampir menyentuh level Rp14.300 per dolar sehingga banyak kalangan mempertanyakan apakah Bank Indonesia tidak melakukan intervensi?
Pertanyaan tersebut muncul karena rupiah telah terdepresiasi 14,17 persen secara year-to-date. Salah satu akibatnya pasar saham terkoreksi 17,7 persen pada periode yang sama dan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun meningkat menjadi 9 persen dari sebelumnya sekitar 7,8 persen pada awal tahun.
Pantauan analis Bareksa terhadap beberapa indikator ekonomi menunjukan Bank Indonesia sebetulnya sudah cukup berhasil menahan volatilitas nilai tukar rupiah. Pasalnya pada periode yang sama terjadi arus dana keluar (cash outflow) investor asing di pasar saham sekitar Rp20 triliun. Jika dilihat dari titik tertinggi outflow bahkan mencapai Rp31,2 triliun.
Pada pasar obligasi secara year-to-date memang terjadi arus dana masuk (cash inflow) sekitar Rp67,5 triliun. Tetapi jika kita hanya melihat pada periode pertengahan Agustus 2015 hingga saat ini terjadi outflow di pasar obligasi hingga Rp12,4 triliun.
Tingginya dana investor asing di pasar keuangan ini menjadi salah satu penyebab tertekannya nilai tukar rupiah. Derasnya outflow investor asing tidak terhindarkan karena penyebabnya dari sisi eksternal. Bank Sentral Amerika, The Fed yang diproyeksi akan meningkatkan suku bunganya memberi pengaruh negatif tidak hanya pada pasar keuangan Indonesia, tetapi juga seluruh negara di dunia, termasuk China.
Sumber: Bareksa.com
Selain itu data Bank Indonesia juga menunjukan adanya peningkatan defisit neraca berjalan pada kuartal kedua 2015. Posisi neraca berjalan itu dipengaruhi kenaikan defisit dari sektor jasa akibat kenaikan impor jasa dari luar negeri yang disebabkan mulai meningkatnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal ini juga mendorong naiknya defisit pendapatan primer dan sekunder untuk membayar dividen dan bunga investor asing.
Sebetulnya defisit tersebut positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan. Tetapi kelemahannya dalam jangka pendek turut menekan nilai tukar rupiah.
Grafik Nilai Neraca Berjalan & Komponennya Periode Q1-2014 sampai Q2-2015
Sumber: Bareksa.com