Bareksa.com - Berikut sejumlah berita korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:
Rencana IPO
Meski pasar saham sedang mengalami turbulensi, enam perusahaan tetap akan menggelar penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) pada sisa tahun ini. Keenam perusahaan tersebut adalah PT Mahaka Radio Integra, PT Victoria Insurance, PT Internux, PT Vallianz Offshore Indonesia, PT Mitra Komunikasi Nusantara, dan PT Duta Lestari Sentratama (Kino Indonesia). Bila rencana tersebut terealisasi, keenamnya akan melengkapi 12 perusahaan lain yang telah listing sepanjang tahun berjalan ini. Dengan begitu, Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi mencetak 18 emiten baru tahun ini. Jumlah itu memang lebih rendah dari target 30 emiten baru sepanjang 2015.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
ADHI tengah mematangkan sejumlah kesiapan teknis untuk mempercepat realisasi pembangunan light rail transit (LRT) Jabodetabek tahap I. Direktur Utama ADHI Kiswodharmawan mengatakan saat ini Peraturan Presiden terkait pembangunan sarana dan prasarana proyek kereta api ringan atau LRT sedang dalam proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM. Menurut dia, jika proses harmonisasi dapat diselesaikan awal pekan depan, ADHI akan segera memproses seluruh perizinan untuk pembangunan proyek tersebut.
Hingga saat ini, Adhi Karya pun telah meninjau jalur LRT tahap I bersama dengan Kementerian Perhubungan dan Pemda DKI. Dia berharap dengan langkah tersebut, persetujuan trase dari Kementerian Perhubungan sudah dapat diberikan segera setelah Perpres diterbitkan. Selanjutnya, Adhi Karya akan memproses izin lainnya, terutama izin mulai pembangunan dari Kementerian Perhubungan. Bila berjalan lancar, proses perizinan ini dapat dituntaskan dalam dua pekan setelah penerbitan Perpres.
PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT)
Felda Global Ventures Holdings Berhad dikabarkan tengah mengkaji kemungkinan meminta revisi harga atas penjualan saham BWPT dari PT Rajawali Corpora. Perusahaan kelapa sawit Malaysia itu disebut mempertimbangkan untuk meminta Rajawali menurunkan harga jual saham BWPT yang awalnya ditetapkan sebesar US$680 juta. Dengan harga tersebut, Felda Global Ventures (FGV) bakal mengakuisisi 37 persen saham BWPT. Kemungkinan itu dilatarbelakangi oleh beberapa temuan FGV dalam proses due diligence. Namun, tidak dijelaskan temuan apa yang dimaksud. Nilai akuisisi saham tersebut sudah membuat FGV menjadi sorotan di negeri asalnya lantaran dianggap terlalu tinggi. Meski demikian, FGV dan Rajawali tetap melanjutkan rencana ini.
Buyback Saham
Sebanyak 17 emiten telah menyatakan diri untuk membeli kembali sahamnya di publik atau buy back senilai total Rp12,26 triliun sepanjang tahun berjalan ini. Sebagian besar menyatakan buy back saham dilakukan setelah surat edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang buy back saham tanpa rapat umum pemegang saham (RUPS) terbit pada Jumat, (21/8). Maka, dalam waktu kurang dari dua pekan, 13 emiten sudah memanfaatkan surat edaran tersebut.
PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) berencana buy back saham dengan nilai terbesar, yakni Rp3,2 triliun. Disusul PT Global Mediacom Tbk (BMTR) sebesar Rp2,2 triliun dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) senilai Rp2 triliun. Sejauh ini, baru BSDE yang memanfaatkan surat edaran OJK untuk buy back saham dengan nilai tertinggi. Dari 17 emiten yang bakal buyback, harga saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) paling anjlok sejak 30 Maret 2015 hingga kemarin, yakni 58,43 persen, ke level Rp1.295 per lembar. Surat edaran OJK terbit dengan pertimbangan bahwa selama lima bulan terakhir indeks harga saham gabungan (IHSG) sudah turun cukup banyak.
PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)
HMSP dikabarkan sudah memulai prapemasaran saham senilai US$1,9 miliar atau sekitar Rp26,7 triliun. Produsen rokok itu melakukan pertemuan dengan fund manager terkait penawaran saham ini. Prapemasaran penjualan saham itu akan berlangsung dua pekan, di mana perseroan akan memutuskan besaran harga saham yang ditawarkan. Perseroan sudah menunjuk Goldman Sachs dan JP Morgan Chase & Co sebagai koordinator global penawaran ini dan menunjuk Citigroup, Credit Suisse serta Mandiri Sekuritas sebagai penjamin emisi.
Sebelumnya, dalam prospektus yang dirilis perseroan, disebutkan HMSP bakal menerbitkan 269,72 juta lembar saham baru melalui mekanisme rights issue dengan total perolehan dana maksimum US$1,9 miliar atau sekitar Rp26,7 triliun. Setiap pemegang 65 saham lama berhak atas 4 rights untuk membeli saham baru dengan kisaran Rp63.000 - 99.000 per saham. Rights issue dilakukan untuk memenuhi ketentuan jumlah pemegang saham publik 7,5 persen dari modal disetor.
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG)
DSNG memangkas belanja modal (capex) seiring dengan penurunan harga minyak sawit mentah (CPO). Direktur Utama DSNG Djojo Boentoro mengatakan perusahaan hanya akan mengeluarkan capex antara US$40 juta hingga US$50 juta tahun ini, lebih rendah dari rencana awal US$70 juta hingga US$80 juta. Belanja modal tahun ini akan digunakan untuk pembangunan pabrik dan penanaman kebun.
DSNG akan membangun pabrik kelapa sawit kedelapan pada pertengahan tahun depan dengan nilai investasi US$18 juta. Pembangunan pabrik tersebut dibutuhkan mengingat jumlah tanaman menghasilkan perseroan terus mengalami peningkatan. DSNG telah memulai pengembangan pabrik kelapa sawit (PKS) ketujuh pada pertengahan tahun ini dengan kapasitas 60 ton tandan buah segar (TBS) per jam.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
DSSA siap mengoperasikan satu unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumatera Selatan (Sumsel) 5. Hingga saat ini, anak usaha Grup Sinar Mas tersebut, sudah merealisasikan belanja modal sebesar US$ 50 juta atau Rp 706,35 miliar untuk menyelesaikan proyek tersebut. Hermawan Tarjono, Direktur dan Sekretaris Perusahaan DSSA, mengatakan, satu unit PLTU berkapasitas 150 megawatt (MW) itu siap beroperasi di akhir tahun 2015. Saat ini proses konstruksinya sudah 95 persen dan siap dioperasikan satu unit dulu sementara unit lainnya beroperasi tahun depan.
Seperti diketahui, perseroan tengah membangun dua unit pembangkit Mulut Tambang, yakni PLTU Sumsel-5 berkapasitas 2x150 MW dan PLTU Kendari-3 berkapasitas 2x50 MW. Dengan begitu, total pembangkit listrik yang akan dibangun sebesar 400 MW. Total nilai investasi PLTU Sumsel-5 mencapai US$ 420 juta.