Menanti Harapan Pusat Logistik Terpadu di Pulau Jawa JIIPE

Bareksa • 24 Aug 2015

an image
Suasana dermaga di Pelabuhan Manyar yang termasuk dalam Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). (Hanum K.Dewi/Bareksa)

Proyek patungan AKRA & Pelindo III diharap beroperasi Maret 2016

Bareksa.com - Logistik Indonesia selama ini masih mengalami hambatan yang ditengarai menurunkan daya saing produk nasional di pasar global. Masalah ini pun juga menjadi tantangan utama dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Infrastruktur, termasuk pelabuhan dan jalan, menjadi salah satu faktor yang menghambat logistik nasional.

Menurut Logistic Performance Index (LPI) 2014 yang dirilis oleh World Bank, Indonesia menempati peringkat ke 53 secara global dengan skor LPI 3,08 (skala tertinggi adalah 5). Sebagai perbandingan dengan negara tetangga, Malaysia menempati peringkat 25 dengan skor 3,59 dan Singapura berada di peringkat 5 dengan skor 4,00. Skor LPI dinilai berdasarkan efisiensi proses kliring, kualitas infrastruktur, kualitas layanan logistik, kemampuan menyusur pengiriman, dan waktu pengiriman.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun berambisi membangun infrastruktur yang akhirnya dapat menyelesaikan masalah logistik. Menteri Perekonomian Darmin Nasution juga mengakui masalah logistik tersebut dan menjelaskan bahwa pengembangan logistik menjadi perhatian pemerintah. Menurut dia, kawasan industri terintegrasi dengan infrastruktur dasar seperti pelabuhan, pembangkit listrik, jalan tol, kereta api dapat meningkatkan daya saing produk nasional.

Tentunya, pemerintah tidak berupaya sendiri, melainkan dengan menarik kerja sama sektor swasta. Salah satu proyek pengembangan infrastruktur yang dilakukan dalam kerja sama pemerintah dan swasta adalah kawasan industri terpadu pelabuhan di ujung timur Pulau Jawa, bernama Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE).

"Pengembangan logistik menjadi perhatian pemerintah. Kita selalu heran mengapa barang produksi kita kurang bersaing, dan harga-harga barang di negara tetangga seperti Malaysia lebih murah dibandingkan di Indonesia. Logistik kita kurang baik, penempatan barang belum sesuai tempatnya," ujar Menko dalam kunjungan ke JIIPE di Gresik, Jawa Timur.

Grafik Skor LPI Indonesia Vs Negara Regional

Sumber: World Bank

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai bahwa kawasan industri yang mengintegrasikan antara kawasan industri dengan infrastruktur pendukung berpotensi dikembangkan sebagai pusat logistik. Oleh sebab itu, BKPM menempatkan pengembangan Kawasan industri sebagai salah satu prioritas investasi.

“Kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan potensial dikembangkan sebagai pusat logistik. Dengan demikian, dapat membuat biaya logistik lebih efisien. Kami akan membicarakan lebih lanjut dengan Bea Cukai untuk mendukung kemungkinan tersebut,” kata Kepala BKPM Franky Sibarani dalam acara yang sama.

Franky menjelaskan bahwa pusat logistik adalah kawasan industri yang terintegrasi menjadi destinasi tujuan barang impor ke tempat penimbunan berikat (bongkar muat dan adm kepabeanan), sehingga terjadi efisiensi logistik bagi Industri di kawasan dan wilayah sekitar. BKPM melihat konsep ini sejalan dengan substansi Rancangan Perubahan PP (RPP) No 32 tentang Tempat Penimbunan Berikat, yang saat ini dalam proses.

Franky menambahkan, apabila pengelola kawasan industri juga mengembangkan kawasannya sebagai pusat logistik akan meningkatkan daya saing kawasan sebagai tempat berinvestasi. Menurut dia, konsep serupa juga dapat dikembangkan pada pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK). Dia menjelaskan, kemudahan logistik, baik menyangkut ekspor dan impor, dapat memperkuat daya tarik kawasan ekonomi khusus, selain berbagai kemudahan fiskal dan non-fiskal yang sedang dipersiapkan pemerintah.

Integrasi Industri & Pelabuhan

Pengembang JIIPE adalah PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (mengelola kawasan industri) dan PT Berlian Manyar Sejahtera (mengelola Pelabuhan Manyar). Kedua perusahaan itu merupakan patungan antara swasta PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III. AKR, melalui anak usahanya PT Usaha Era Pratama Nusantara, memegang 60 persen di kawasan industri dan 40 persen di pelabuhan. Sebaliknya, Pelindo III melalui anak usahanya PT Berlian Jasa Terminal Indonesia memiliki 60 persen di pelabuhan dan 40 persen di kawasan industri.

Investasi di JIIPE merupakan penanaman modal dalam negeri dan sudah mencapai Rp3,5 triliun sejak 2012. Meskipun terbilang lambat, karena sudah tiga tahun dibangun dan belum beroperasi seutuhnya, proyek ini menjanjikan tempat berbisnis dengan fasilitas lengkap dengan infrastruktur berupa pelabuhan, pembangkit listrik, receiving LNG terminal, pengolahan air laut menjadi air tawar, jalur logistik kereta api. Luas lahan yang disediakan total 3.000 ha, terdiri: 1.600 ha untuk kawasan industri, 400 ha untuk pelabuhan, 800 ha untuk properti dan pemukiman.

Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto menjelaskan bahwa pengembangan JIIPE membutuhkan hingga Rp50 triliun yang dikucurkan sampai tahun 2018. Hingga saat ini, baru 30 persen yang sudah terealisasikan. "Hingga akhir tahun, kita ingin fase pertama dengan investasi Rp5 triliun sudah selesai. Jadi nanti awal tahun sudah bisa melakukan kegiatan ekspor impor dan di sana sudah ada tiga pabrik yang rencananya Februari tahun depan sudah beroperasi.

Profil JIIPE

Sumber: JIIPE, AKRA

Direktur Utama AKRA  Haryanto Adikoesoemo menambahkan perseroan akan terus menambah fasilitas di kawasan industri terintegrasi tersebut, termasuk dengan membangun pembangkit listrik, akses jalan ton, dan penyediaan air. Kemungkinan, infrastruktur yang akan dikembangkan adalah pembangunan jalan tol 3,5 kilometer dari tol Manyar yang sudah ada ke lokasi kawasan industri.

"Pada 2018, infrastruktur dasar sudah selesai termasuk power plant, mungkin jalan tol dan kereta api. Dalam waktu dekat kami menyediakan air penyulingan air laut ke air tawar dengan reverse osmosis berkapasitas 2x50 kubik per jam, terus juga ada power plant kecil dengan daya 15 MW," katanya ditemui di Gresik.

AKRA, yang bisnis utamanya adalah sebagai distributor bahan bakar minyak (BBM), juga menaruh perhatian besar terhadap perkembangan JIIPE ini. Pasalnya, perkembangan kawasan industri tersebut diharapkan juga mendorong bisnis logistik yang dijalankan perseroan.

Haryanto menyebutkan industri yang paling banyak masuk adalah industri berorientasi ekspor seperti pembangunan smelter, baja, petrokimia. Ia mengatakan industri berbasis kimia akan menjadi mayoritas karena lokasi JIIPE yang dekat dengen sumber gas.

Beberapa perusahaan yang telah menyatakan minat serius investasi di kawasan JIIPE, antara lain:
1) Cheil Jedang, perusahaan asal Korea bergerak dalam industri pakan ternak, orientasi ekspor.
2) Freeport, perusahaan USA yang membeli lahan 100 ha untuk investasi industri smelter tembaga. Hasil produksinya adalah copper cathode sekitar 75-85 persen akan diekspor. Selain itu, ada asam sulfat dan sulfury oxide untuk pasokan dalam negeri industri petrokimia di Gresik dan gypsum untuk industri semen domestik.
3) Uni Chem, investasi industri garam, dengan hasil produksi garam meja untuk pasar domestik
4) Clariant, perusahaan kimia asal Jerman dengan bahan baku impor dan 100 pasar pasar domestik.
5) Dalam negosiasi investasi industri caustic soda, orientasi ekspor pasar Filipina.