Berita / / Artikel

Ini yang Terjadi Bila WIKA, KRAS, JSMR, & PTPP Merealisasikan Rights Issue

• 22 Aug 2015

an image
Petugas keamanan berada di sekitar Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/7). Presiden Joko Widodo meminta pejabat terkait di pelabuhan tersebut untuk menurunkan waktu bongkar muat kontainer (Dwelling Time) di Pelabuhan Tanjung Priok dari 5 hari menjadi 4 hari. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Empat BUMN itu antara lain Wijaya Karya, Pembangunan Perumahan, Krakatau Steel dan Jasa Marga

Bareksa.com - Empat perusahaan milik negara yang telah tercatat di Bursa Efek Indonesia berencana menerbitkan saham baru (rights issue) tahun depan bila usulan penyertaan modal negara (PMN) yang diajukan oleh pemerintah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Keempat BUMN itu adalah PT Krakatau Steel  Tbk yang diusulkan oleh Kementerian BUMN memperoleh PMN senilai Rp2,46 triliun. Sekitar Rp1,5 triliun berupa uang tunai dan Rp956 miliar dari konversi penyelesaian kewajiban setoran bagian laba perusahaan kepada pemerintah periode 2011, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk senilai Rp3 triliun, PT Jasa Marga (Persero) Tbk senilai Rp1,25 triliun dan PT PP Tbk  sebesar Rp2 triliun.

Usulan PMN bagi BUMN go public tersebut telah  tercantum dalam surat S-310/MBU/06/2015 tentang Usulan Tambahan PMN pada BUMN dalam R-APBN 2016. Usulan right issue itu dapat mendorong perusahaan lebih ekspansif karena batasan rasio utang menjadi lebih rendah. Walhasil turunnya rasio utang menjadi ruang besar bagi perusahaan untuk mendapat pinjaman yang lebih besar, sehingga dapat meningkatkan perolehan pendapatan perusahaan.

PMN diberikan agar saham Negara di keempat BUMN tersebut tidak berkurang atau terdilusi saat rights issue terealisasi.
***

Bareksa akan membandingkan seberapa penting suntikan modal ini terhadap kinerja dari empat BUMN tersebut

WIKA

Bila WIKA mendapat suntikan modal melalui skema right issue, maka berapa besar potensi kontrak yang bisa diperoleh WIKA berdasar pada kekuatan modal terbaru?

Pada semester I-2015, utang saham konstruksi pelat merah ini sekitar Rp12,07 triliun, sedangkan ekuitasnya Rp3,98 triliun. Artinya Debt to Equity Ratio (DER) WIKA sekitar 3,03 kali dari sebelumnya 2,48 kali. Ini dengan asumsi tidak ada perubahan total utang sejak semester 1-2015 hingga 2016.
Namun, dengan tambahan PMN Rp 3 triliun, ekuitas WIKA naik menjadi sekitar Rp6,98 triliun, sehingga DER WIKA turun jadi 1,82 kali.

Turunnya rasio utang menjadi ruang besar bagi WIKA untuk meningkatkan perolehan kontraknya. Rata-rata utang WIKA selama lima tahun berada di kisaran 2,5-3 kali lipat dari ekuitas. Dengan menggunakan asumsi DER tersebut, maka nilai ekuitas sebesar Rp6,98 triliun dapat membuat WIKA meningkatkan utang hingga Rp20,96 triliun.

Maka nilai kapitalisasi modal WIKA bisa mencapai Rp27,94 triliun (penambahan utang dan ekuitas). Secara historis rata-rata kontrak yang bisa diraih WIKA sekitar dua kali kapitalisasi modal, maka besaran kontraknya bisa mencapai sekitar Rp56 triliun. Nilai tersebut setara dengan total target kontrak sepanjang 2015.

Grafik: Struktur Modal PT Wijaya Karya Tbk

Sumber: Bareksa.com

PTPP

PTPP yang akan mendapat suntikan dana PMN Rp2 triliun, dapat mencatatkan kenaikan ekuitas menjadi Rp4,5 triliun. Dengan asumsi tidak ada perubahan total utang dari semester I-2015 hingga 2016, utang PTPP sekitar Rp11,42 triliun. Maka DER PTPP pada semester I sekitar 2,54 kali.

Penurunan rasio utang PTPP menjadi ruang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan perolehan kontraknya. Rata-rata utang PTPP selama lima tahun sekitar 4-5 kali lipat dari ekuitas. Dengan menggunakan asumsi DER tersebut, maka nilai ekuitas sebesar Rp4,5 triliun dapat membuat PTPP meningkatkan utang hingga Rp22,5 triliun. Sementara nilai kapitalisasi modal PTPP dapat mencapai Rp27 triliun (penambahan utang dan ekuitas).

Secara historis rata-rata kontrak yang bisa diraih PTPP sekitar dua kali kapitalisasi modal, maka besaran kontraknya bisa mencapai sekitar Rp54 triliun. Nilai tersebut dapat menyelesaikan total order book per Agustus 2015 yang mencapai Rp43,6 triliun termasuk carry over 2014 sebesar Rp29 triliun.

Grafik: Struktur Modal PT PP Tbk

Sumber: Bareksa.com

KRAS

Industri baja dunia saat ini sedang lesu dan kelebihan pasokan (oversupply). Oversupply bahkan kini sudah masuk tahap kronis, sehingga memukul harga baja dunia. Imbasnya, beberapa perusahaan baja besar Indonesia dan dunia ikut merugi.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2015, total pendapatan dari penjualan baja Krakatau Steel hanya Rp352 miliar, turun 23,4 persen dibanding  semester I- 2014. Bahkan, penjualan kuartal I tahun ini mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir.

Dari sisi neraca, DER KRAS pada semester I meningkat menjadi 2,22 kali dari sebelumnya hanya 1,41 kali. Namun, jika PMN Rp 2 triliun dapat direalisasikan maka dengan asumsi tidak ada perubahan utang, maka nilai utang KRAS sekitar $1,84 miliar, sedangkan ekuitasnya melonjak menjadi $1,01 miliar (asumsi rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp13.900).

Akibatnya rasio DER Krakatau Steel turun menjadi 1,82 kali dari sebelumnya 2,22 kali.

Grafik: Struktur Modal PT Krakatau Steel Tbk

Sumber: Bareksa.com

JSMR

Bagi Jasa Marga suntikan dana dari PMN dapat membuat potensi pendapatan perusahaan menjadi semakin besar. Pada semester I-2015, utang JSMR sekitar Rp21,38 triliun, sedangkan ekuitasnya Rp11,3 triliun. Artinya DER JSMR sekitar 1,9 kali.

Dengan asumsi tidak ada perubahan total utang hingga 2016, ekuitas JSMR bisa naik menjadi Rp12,55 triliun. Pada gilirannya setelah mendapatkan PMN senilai Rp 1,25 triliun, DER dari JSMR turun menjadi 1,7 kali.

Turunnya rasio utang menjadi ruang besar bagi JSMR untuk meningkatkan pendapatan. Rata-rata utang JSMR selama lima tahun sekitar 2 kali lipat dari ekuitasnya. Dengan menggunakan asumsi DER tersebut, maka nilai ekuitas sebesar Rp12,55 triliun dapat membuat JSMR meningkatkan utang hingga Rp25 triliun.

Nilai kapitalisasi modal JSMR pun bisa mencapai Rp37,5 triliun (penambahan utang dan ekuitas).    

Grafik: Struktur Modal PT Jasa Marga Tbk

Sumber: Bareksa.com

Tags: