Bareksa.com - Presiden Joko Widodo baru saja mengumumkan perombakan kabinet dengan fokus kepada menteri koordinator, termasuk bidang perekonomian. Thomas Trikasih Lembong masuk ke dalam Kabinet Kerja sebagai Menteri Perdagangan. Padahal latar belakangnya kuat di bidang industri keuangan.
Tom Lembong--sapaan akrabnya--mulai terkenal sejak menjadi Kepala Divisi Asset Management Investment (AMI) Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dari BPPN, dia pindah ke Farindo, yang akhirnya membeli saham BCA dari BPPN. (Baca juga : Thomas Lembong yang Diangkat Jadi Menteri Perdagangan Pernah "Beli" BCA )
Setelah itu, dia keluar dari Farindo dan kemudian bersama koleganya mendirikan Quvat Capital, yang memakai nama Principia untuk beroperasi di Indonesia.
Dengan latar belakang sebagai bankir investasi, dapatkah pemilik gelar Bachelor of Arts dari Harvard University menakhodai Kementerian yang berfokus pada perdagangan sektor riil tersebut?
Pengamat Politik dari Universitas Indonesia Firmanzah menilai bahwa nama Tom Lembong belum terlalu dikenal publik secara luas. Akan tetapi, setelah sumpah jabatan dan pelantikan oleh Presiden, Tom Lembong harus segera melaksanakan tugasnya.
"Hubungan baik Tom dengan Jokowi menjadi kunci dalam pekerjaannya. Kita harus menggarisbawahi ada perbedaan signifikan di pasar keuangan dan sektor riil. Industri ini beda antara pasar keuangan dengan jualan cabai, kedelai, daging. Dia harus mengubah mindset dari keuangan ke sektor riil," ujarnya dalam wawancara yang ditayangkan media siaran 12 Agustus 2015.
Firmanzah menjelaskan masalah signifikan yang harus diselesaikan terkait dengan logistik nasional dan perdagangan di wilayah nasional. Bahkan, persoalan semakin berat ketika Indonesia akan memasuki Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang membuka perdagangan bebas antar negara regional. Apalagi, El Nino diprediksi akan terus meguat sehingga Menteri Perdagangan baru harus mengantisipasi masalah terkait pasokan pangan.
"Ada hal yang harus dibahas antara Kementerian Perdagangan dan Kementerian BUMN dan terkait lainnya. Menteri ini tidak hanya membutuhkan keahlian teknis tapi komunikasi dengan kepala daerah juga," ujarnya.
Namun, Firmanzah menilai keputusan Jokowi merombak kabinet diambil pada saat yang tepat. Pelaku pasar yang tengah dalam penantian sudah mendapatkan kepastian tentang reshuffle kabinet, meskipun permasalahan ekonomi belum juga selesai secara instan.
Selain itu, penempatan Darmin Nasution sebagai Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil juga keputusan yang tepat. Firmanzah menilai pasar sudah mengenal sosok Darmin, yang pernah menjabat Gubernur Bank Indonesia dan Kepala Bapepam-LK.
Sejumlah persoalan yang menjadi kekhawatiran pelaku usaha adalah bagaimana memitigasi dampak ekonomi dunia, dampak devaluasi yuan. Ditambah lagi dengan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga, yang tidak pasti juga kapan terjadi di tengah devaluasi yuan.
"Saya rasa Darmin bisa komunikasi dengan BI dan OJK secara baik untuk mengkoordinasikan persoalan dan kebijakan di sektor keuangan," katanya.