Laba WIKA Ambrol 29% Ditekan Penurunan Pendapatan & Naiknya Beban Bunga

Bareksa • 31 Jul 2015

an image
Labourers work at a construction site of a power plant being built by PT Wijaya Karya in north Jakarta in this December 6, 2010 file photo. Investors, encouraged by President Joko "Jokowi" Widodo's five-year, $455 billion plan to beef up dilapidated facilities, have pumped money into the country's big four state builders. REUTERS/Crack Palinggi

WIKA alami peningkatan beban keuangan 110%

Bareksa.com - Perusahaan konstruksi BUMN yang ikut menggarap proyek Mass Rapid Transit (MRT), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) mencetak kinerja kurang memuaskan. Laba WIKA paruh pertama tahun ini justru anjlok 29 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, seiring dengan anjloknya laba anak usaha yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) yang turun 69 persen. (Baca Juga: Penjualan Tiang Pancang Turun 48%, Laba WTON Semester I-2015 Anjlok 69%)

Sepanjang Januari - Juni 2015, WIKA hanya mendapat laba Rp200 miliar lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp282 miliar. Penurunan laba dipicu oleh turunnya nilai penjualan 18 persen menjadi Rp4,7 triliun dari sebelumnya Rp5,8 triliun.

Walaupun nilai penjualan turun 18 persen, beban penjualan WIKA di semester pertama ini justru naik 32 persen menjadi Rp3,5 miliar dari sebelumnya Rp2,6 miliar. Selain itu, beban umum dan administrasi juga naik 4 persen menjadi Rp180 miliar dari sebelumnya Rp174 miliar.

Hal ini membuat laba usaha mengalami penurunan 29 persen menjadi Rp413 miliar.

WIKA pun terbebani lonjakan beban keuangan 110 persen menjadi Rp103 miliar dari sebelumnya hanya Rp49 miliar. Akibatnya laba sebelum pajak ambrol hingga 35 persen menjadi Rp346 miliar dari sebelumnya Rp531 miliar.

Di sisi neraca, WIKA mengalami peningkatan jumlah liabilitas (utang) menjadi Rp12 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp10 triliun. Peningkatan terjadi karena naiknya nilai pinjaman jangka pendek perusahaan menjadi Rp1,7 triliun dari sebelumnya hanya Rp854 miliar. Dengan peningkatan nilai utang, maka rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) naik menjadi 241 persen dari sebelumnya 218 persen.

Percepatan pembangunan infrastruktur nampaknya juga belum dirasakan WIKA tahun ini dimana uang muka dari pelangan hanya naik 16 persen menjadi Rp394 miliar, sementara pendapatan diterima dimuka justru turun 22 persen jadi Rp285 miliar. (np)