Bareksa.com - Penurunan kualitas kredit menjadi salah satu masalah yang dihadapi perbankan pada paruh pertama tahun ini. Salah satunya PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), di mana laba bank BUMN ini anjlok 50 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) naik menjadi 3 persen dari total kredit yang disalurkan, atau setara Rp8,11 triliun naik dari sebelumnya hanya 5,35 triliun. Hal ini mengerek nilai beban provisi --dana yang digunakan untuk menambal NPL-- menjadi Rp5,9 triliun dari sebelumnya Rp2,2 triliun.
Perlu diketahui bahwa beban provisi tersebut mencakup 33 persen dari pendapatan perusahaan pada paruh pertama tahun ini.
Grafik: Pertumbuhan NPL & Beban Provisi
sumber: Bareksa.com, diolah dari perusahaan
Memburuknya kualitas kredit BNI tidak terlepas dari perlambatan ekonomi awal tahun. Kredit korporasi yang menjadi andalan BNI justru hanya tumbuh 5 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Yang tumbuh signifikan malah kredit segmen konsumsi (kartu kredit) yang naik hingga 62,5%, serta kredit bisnis segmen menengah yang naik 24%.
Khusus segmen kartu kredit, pertumbuhan di atas 60 persen dapat dikatakan sangat signifikan. Karena, dalam tiga tahun terakhir segmen kartu kredit tidak pernah tumbuh di atas 50 persen.
Tabel: Kredit BNI Berdasarkan Segmen
Sumber: Perusahaan
Padahal kredit konsumsi dan segmen menengah memiliki risiko lebih tinggi dibanding segmen lainnya. NPL segmen menengah pada semester I sebesar 5,4 persen, naik dari sebelumnya 2,7 persen. Sementara segmen konsumsi naik menjadi 2 persen dari sebelumnya 1,5 persen.
Tabel: NPL BNI Berdasarkan Segmen
Sumber: perusahaan